Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

28) Jangan Pernah * Tidak Manusiawi

19 Juli 2010   00:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:46 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ustad tampil hikmad dan percaya diri berbicara di atas podium sambil dengan jumawa memberikan wejangan kepada umatnya:

“Jangan pernah menyekutukanNya……..”

“Jangan pernah berkata bohong………….”

“Jangan pernah berpaling dari kebenaranNya……..”

“Jangan pernah lidah ini mencaci, memaki,………..”

“Jangan pernah terlambat untuk mengakui kesalahan…….”

“Jangan pernah terbersit dalam pikiran untuk bercerai……”

“Jangan pernah mencuri………”

“Jangan pernah korupsi, kolusi, nepotisme…….”

“Jangan pernah menyesali telah berbuat baik……..”

“Jangan pernah meremehkan sesama………”

"Jangan pernah berpikir Allah itu nggak adil" (Chacha-Nenny Silvia)

“Jangan pernah ini, jangan pernah itu………”

Sesaat ustad itu berpaling ke samping, mengambil secangkir teh manis, meneguknya dan balik melanjutkan nasehatnya. “Jangan pernah……..???”

Di hadapannya telah lengang dan kosong, tanpa siapapun hadir. Ke mana mereka? Bertanya kepada pembawa acara di sebelahnya.

Apa jawab orang itu?

“Ustad, semua mereka sebelum ini telah pernah melakukan sebagian dari apa yang ustad katakan,…”

Sang ustad menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata kepada orang itu: “ Anda sendiri jangan pernah berpikir seperti mereka…” Dan dalam sekejap mata , dia melihat orang itu sudah tidak berada di tempatnya. Menghilang dari ‘tidak pernah’!

Apakah kita tidak pernah seperti mereka?

Wah ustadnya mana? Baru mau merenung sesaat kesadaran ini, kita tidak sempat melihat ke mana raibnya ustad itu. Rasanya kemarin kita pernah menyimak kandungan ceramahnya bahwa tidak ada manusia yang sempurna (kalis) dari kesalahan. Dan rasanya pernah kita mendengar ada mubaligh mantan napi, penceramah mantan preman.

Jadi kalau ustad tadi sempat hilang dari ‘pandangan’ kita, jangan-jangan apa dia penceramah mantan itu. Pernah ini dan pernah itu !

By : Rahayu Winnet, 22.30 wita, Minggu 18 Juli 2010

NB : * YANG (tambahkan dijudul)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun