Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

52). Sayang, Dia Lagi Mabuk?

5 Oktober 2010   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:42 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

...Sekembalinya dari menghadiri acara majelis taklim, kami beberapa jamaah masjid dicegat seseorang berperawakan besar yang lagi ngedumel. Setelah dicermati, dia tetangga sekitar situ.

...“Siapa yang bicara di mesjid tadi? Dia bilang mereka yang keberatan dengan undakan(polisi tidur, red) di jalan situ nanti dia yang hadapi. Bilang sama itu orang saya hampir celaka lewat jalan itu. Siapa yang suruh. . . . .!” Bapak itu terus bicara sesaat dipotong salah seorang dari kami.

...“Ada masalah apa, pak?” tanya kami sopan.

...“Siapa nama orang itu, biar saya tulis dan akan saya pertanyakan ke atas. . . .” bapak itu terus bicara.

...O ini rupanya satu dari dua tiga warga yang disampaikan ketua RT tadi, bahwa mereka protes adanya polisi tidur yang baru selesai dibuat. Laporan itu sendiri sudah ditanggapi bijak oleh pembawa acara sekali gus narasumber pengkajian tadi. Saat itu selesai dari acara pokok majelis taklim, kami diminta bersabar membahas tindak lanjuthasil kesepakatan musyawarah warga kompleksbeberapa hari sebelumnya. Antara lain soal undakan jalan. Tadi protes tersebut coba ditanggapi, apakah yang jadi masalah,keberadaan polisi tidur itu atau tingkat ketinggiannya. Nanti dia akan menemui warga itu, janji bapak moderator itu sebelum melanjutkan ke point bahasan lain.

...Dan sekarang di hadapan kami orang itu terus bicara mendongkol, sementara dua tiga jemaah sudah menjauh, pulang ke rumahnya masing-masing. Saya dan dua orang tetap bertahan ingin memberikan pengertian dan penjelasan sekaligus mencari solusi dari persoalan tersebut.

...Sayangnya bapak itu terus bicara kesal, bahkan memprotes bicaraku, bahwa rintangan jalan itu dibuat atas permintaan beberapa orang yang keselamatan anak-anak mereka sering terancam.Persoalannya apakah cara itu sudah terlalu mengganggu kenyamanan pengendara, atau maunya bapak itu untuk dibuat sedikit jalur untuk jalannya motor bisa diakomodir. Apalagi bukan cuma di jalan itu, di tempat lain ada juga polisi tidur. . .!

...“Haah, ini lagi! Kamu bicara tidak pake dipikir. Nanti kalau saya lapor ke atas, polisi bisa marah karena dibilang kerjaannya cuma tidur-tiduran di jalan. Jangan jangan nanti sebentar kamu bilang ada tentara tidur, jaksa tidur. . .!”

...Wah, kami ini sedang berhadapan dengan siapa? Sejak tadi bergantian dari kami telah berusaha memberikan pengertian, tapi bapak ini terus berulang dengan bicara yang itu-itu juga. Setelah [caption id="attachment_279746" align="alignright" width="300" caption="Mungkin posisi, eh polisi tidur ini yang dimaksud"][/caption] menyatakan pamit dan berlalu dari situ, sekilas kuingat ada apa dengan dua tiga orang yang tadi berlalu dari kejadian tersebut.

...Lamat-lamat aku menemukan kesadaran, tadi itu apakah kami tidak sedang menghadapi orang yang lagi mau bicara dan omong doang terus, alias mabuk?

...Wah, sayang sekali ! Bapak itu apa lagi mabuk yaa?

...By : Rahayu Winnet, jelang magrib, selasa 5 Oktober 2010.

...NB : Polisi tidur sering jadi dilemma/pro kontra antara warga yang punya anak kecil rentan kecelakaan di jalan tertentu, dengan pengguna kendaraan bermotor(tidak punya anak atau anaknya tidak di situ) yang merasa terganggu. Sebuah solusi keselamatan yang diapit oleh rasa aman segelintir orang dan ketidaknyamanan banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun