Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

234). "Tidak Harus Sapu Bersih yang Membersihkan"

18 Maret 2012   15:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:52 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13320829101538880385

..Negeri yang makin terpuruk di berbagai dimensi ini seperti menunggu Satria Piningit yang turun dari langit untuk menyelesaikan permasalahan yang membelitnya. Lalu ada beberapa ‘satria piningit’ sedang digadang-gadang untuk itu. Selain punya kemampuan yang unik, sosok itu harus bersih, terutama punya track record moral yang fenomenal.

..Seorang Dahlan Iskan yang punya kapabilitas yang handal, kesederhanaan dia seperti membuat kita terpana. Ke kantor dengan busana seadanya, nebeng naik kereta api kelas ekonomi lagi. Ada juga Jokowi yang unik dan merakyat. Mampu membawa Solo dan SMKnya jadi ikon prestasi nasional.

..Satu hal yang suka kita syaratkan, si Satria Piningit itu harus bersih, biar bersih bersihin dan benahi negeri yang sudah acak dengan berbagai penyimpangan ini. Hanya sapu yang bersih yang bisa membersihkan, itu prinsip harga mati kita. Dan kebetulan mereka dua adalah sapu bersih itu.

..Apakah harus sapu yang bersih? Orang yang bersih tak cela sedikit pun? Itu kalau ada sapu yang bersih di tengah sampah jorok (sistem buruk) yang mengotorkan. Sama halnya kalau ada Dahlan dan Jokowi yang kalis(bersih) dari kesalahan di tengah intrik yang terus mencari-cari kekeliruan mereka.

..Kenapa harus terus mencari sapu yang bersih, kalau di sekitar situ yang ada cuma sapu kotor tapi tidak kotor-kotor amat? Bahkan tidak harus bersih dulu sapu itu untuk membuat sampah-sampah jorok yang berserakan kita sisir pakai sapu kotor tadi, lalu setelah itu sapunya kita bilas untuk sekali lagi menyapu lantainya biar lebih bersih.

..Kalau sapu memang lagi tidak ada yang bersih, manusia juga tidak ada yang sempurna dari pernah berbuat kesalahan. Apalagi sapu yang ada sudah terlanjur kotor di tengah sampah yang mengotorkan. Begitu juga, bagaimana berharap temukan orang yang masih baik di tengah sistem(buruk) yang tidak membaikkan?

..Jadi kenapa tidak kita manfaatkan saja apa dulu yang ada? Kita bisa menyapu dengan sapu yang kotor (belajar dari kesalahan yang ada). Setelah itu membilas sapunya (memahami kesalahan). Lalu dengan sapu yang sudah kita bersihin itu (dengan memaklumi akar permasalahannya), kita buat lantai kotor yang mau bersih itu, menjadi lebih bersih lagi (tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi).

..Mari kita songsong kesalahan…, eh kesadaran baru, karena (kalau bukan) kitalah satria piningit itu! (siapa lagi??? Wek-wek dot com)

..By : Di Timur Fajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun