[caption id="attachment_107591" align="aligncenter" width="300" caption="Hik,hik, hik! Kejarlah daku, kau kutakut-takuti. (google horror :-) )"][/caption]
..Semasa kecil sifat begajulan siCucak tak kenal ampun. Malam itu apa lagi yang bakal jadi bahan usilannya? Dia mengumpulkan daun kelapa kering yang biasanya jadi merang pemantik api menyalakan kayu masak di tungku. Untuk keperluan rencananya, dia ikat merang daun kelapa itu dua kali memanjang lalu dibungkus dengan karung putih. Terus dibuatnya beberapa ikatan yang menyerupai pocong-pocongan. Nah selesai sudah, tinggal dioperasikan.
..Aku geli campur bergidik melihat ulah siCucak. Mau dia apakan pocongan itu nanti? Dia ambil tali panjang yang satu ujungnya dia bawa panjat ke atas pohon di seberang jalan dan mengikatnya di dahan situ. Sementara pocongan tadi diikat dijambulnya serta ditautkan pada separuh panjang tali tadi, lantas ujung yang satunya ditambat pada ujung sebuah galah yang panjang. Galah tersebut dibawahnya ke pekarangan sebelah jalan yang lain. Dari situ dia rencanakan akan memainkan wayang eh pocongannya sebentar nanti. Tapi sebelumnya pocongan itu disembunyikan dengan mengulurkan talinya ke dalam selokan jalan. Nah, tinggal memainkan. Timbul juga perasaan was-was; tidakkah permainan ini membahayakan? Nanti ada yang terkena sock jantung. Ah, show must go on. Kita lihat saja nanti, ujar siCucak pada teman yang membantu rencananya tersebut.
..Cukup lama menunggu pasien pertama yang akan jadi kelinci percobaan. Dari ujung jalan sana kami berulangkali mengerjapkan pandangan kira-kira apa sudah ada yang menuju kemari. Nah, satu bayangan bersepeda tengah meluncur kemari, siapa ya? SiCucak siaga. Cukup dia saja yang siap gerakkanpermainannya. Setelah dekat, temannya memberikan isyarat. Nah, action!!
..Perlahan-lahan dariselokan, sesuatu merayap naik ke atas jalan, terus merayap ke tengah dan mulai berdiri di tengah jalan, mematung sebentar. Pocongan itu menghadang, seolah menantang siapa yang datang. Tidak cukup sampai di situ, sosok putih itu perlahan melayang naik barang setengah meter dari permukaan jalan, satu meter, aha satu setengah meter, wah sudah dua meter! Nah, siapa yang bakal berpikir ini cuma orang sungguhan yang menakut-nakuti orang lain. Belum ditambah suara tertawa hik hik hihihi. Sayang tertawanya ketawa cekikikan benaran. Perut saya mau mulas menahan tertawa melihat efeck dari ulah sicucak ini, fantastis. Seperti di filem-filem horror yang tak mampu kami tonton karena ketiadaan uang.
..Wah, suara salah seorang dari dua pasien kami itu saya kenal. Dia turun dari boncengan sepeda lantas bergerak cepat. Tangannya gesit memegang ujung bayangan pocong yang menjuntai lalu menariknya. Yaa sayang pocong-pocongan tersebut terburai sudah.
..“Haha, ini kerjaan si Cucak. Kirain aku takut!” Itu suara kakakku. Berani benar dia? Cepat kuminta dia menghentikan usahanya merusak susahnya kerjaan si Cucak. Hahaha, tambah melebar dan terbahak ketawa campur gemas kakakku bersama temannya.
..Si Cucak tidak memperdulikan nasehat teman kakaknya yang minta dia menghentikan permainan sebelum ada yang jadi korban. Dan memang sampai tengah malam tidak ada yang bersedia jadi korban, alias kebetulan tak ada yang lewat jalan itu. Sampai kantuk membawa dia pulang, dan lupakan barang permainannya dibiarkan tergelatak di selokan.
..Esok paginya, si guru matematika alias bokapnya si Cucak dari tadinya mau ke kebun dengan hobynya bercocok tanam di hari Minggu, eh balik ke rumah sembari tangannya memegang sejumput karung putih dan ikatan merang kelapa. Tak banyak tanya lagi dia sudah tahu siapa yang harus dicarinya.
..Tahu apa yang bakal diterima siCucak dari bapaknya itu? Bukan strap mistar penggaris. Itu maah di sekolah. Di rumah begitu banyak penggada kecil yang siap melaksanakan tugasnya kalau diminta. Hahaha, kasihan deh kamu Cucak.
..By: Fajar
..NB: Bapak si Cucak sudah sepuluh tahun berpulang ke Rahmatullah. Semoga dia memaafkan keusilan anaknya ini. Hiks, hiks.
Ini juga kerjaan tulisan temannya, jadi ingat ulah usil horror si Cucak di masa kecilnya.
*) Untuk yang telat mikirnya kayak saya, siCucak titip pesan kenapa pocongannya melayang setinggi itu. Cukup dengan menarik galahnya ke belakang, tarikan tali yang menegang membuat pocongannya naik mumbul ke atas. Selamat mencoba, eh sorry; selamat membayangkannya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H