Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

144). Persepsi: "Kita Tidak Selamanya Punya Uang, Tapi Kita Selamanya Akan Punya Uang"

2 Mei 2011   14:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:09 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_104768" align="alignright" width="300" caption=""][/caption] . . Dalam menghadapi dialektika hidup dengan persoalannya terkadang saya suka menemukan asumsi-asumsi yang bisa menjadi pola pikir ke depan. Entah ‘teori’nya sudah pernah ada, masih perlu dikoreksi, bermanfaat tidak, realis atau semata angan, terserah! Saya atau siapa saja boleh membuktikannya. Seperti sembohyan yang satu ini: . . “Kita tidak selamanya punya uang, sekaya apa pun kita; tapi kita selamanya akan punya uang, semelarat apa pun kita” . . Tidak percaya? . . Coba bayangkan! Ada seorang yang sangat berada, apa saja ada. Mungkin lagi ngelindur(setengah sadar dan tidur), berjalan di gelap pagi ke luar rumah tak jelas arah tujuan. Tidak bawa dompet, tidak pakai mobil, tak didampingi pelayan. Jalan ke mana tak sadar dia. Begitu kaki terantuk batu barulah kesadaran menghampirinya. Kaki terluka obat ada di kotak P3K di rumah. Uang pun tak punya sekedar beli plester luka. Perut keroncongan karena sedari tadi pagi belum sarapan. Tak bawa duit buat beli snack sekedar ganjalan. Mau segera pulang tidak punya uang buat bayar kenderaan. Minta dipercaya nanti di rumah bayar belakangan siapa pun di situ tak kenal dia sekarang. Apa boleh buat terpaksa jalan kaki pulang. . . Di tengah jalan ketemu gelandangan melarat yang lagi tak punya apa-apa. Duit tak ada, mau makan harus dibeli dengan apa? Badan rasa demam, kulit korengan(kudisan) mau berobat memang mau pakai apa? Jadi sama sekali tidak punya apa-apa. Kalau anda mau bantu dia dengan pamrih, pikir-pikir dululah. Dia bakal tak bisa membalas ‘budi baik’ tuan. Apalagi mau memberikan dia hutang, kapan ya dia bisa melunasinya? Pokoknya keree habis…! . . . . . . . . . . . Terus apa, ya? . . Ck ck ck. Ah, kelamaan ceritanya, langsung saja! Ternyata saya tidak berbakat menulis fiksi. . . Intinya seseorang yang kayanya kayak apa, bisa tidak punya apa-apa pada satu ketika. Jatuh dari pesawat pribadi di tengah rimba misalnya, tidak bisa berbuat apa. Lapar dahaga, ada duit memang mau beli apa? Ah, contoh ini terlalu ekstrim. Coba anda bayangkan sendiri saja, dalam situasi apa orang kaya tadi bisa tidak dapat berbuat apa-apa. . . Dalam kondisi tidak punya apa-apa itulah ternyata dia butuh bantuan orang lain. Minjem kek, atau berharap uluran tangan seseorang ketika mau bangkit dari jatuh keseleo. . . Nah, lalu dengan aksioma kedua: “Seseorang Selamanya Akan Punya Uang, semiskin apa pun dia !”. . . Mau bukti? . . Tunggu saja, besok boleh jadi dia dapat rezeki. . . Besok tidak dapat? Ya besok lagi. . . Seminggu tidak ada masukan, karena kerja tidak dapat? Ya, minggu depannya lagi, bulan depan, tahun depan ! Bukankah tadi saya katakan selamanya dia ‘akan’ punya uang? . . Tunggu saja sampai bungkuk kalau tidak percaya. Itu kalau anda tidak ada kerjaan. Ba urus, kata orang! Nungguin orang lain dapatkan rezekinya. Boleh jadi, siapa tahu orang tersebut dapat rezeki nomplok kita dapat bagian. Misalkan orang miskin itu dapatkan warisan dari orang kaya yang kepapasan di awal cerita tadi. Lha kok dapat warisan, ceritanya seperti apa? Gampang, ya tinggal kita buat sinetronnya. Apa yang tidak mungkin terjadi dalam kisah-kisah sinetron kita. . . Jadi kembali ke laptop (kayak Mas Tukul saja): kita tidak selamanya punya uang, makanya sekali waktu perlu minjem(minta bantuan) ke orang lain. Tapi kita selamanya ‘akan’ punya uang, maka sekalinya punya bayarlah hutang tadi. Biar lain kali kepepet mau ngutang bisa dipercaya. . . Bagaimana? . .By: Di Timur Fajar . .NB: Ha hah, ini kerjaan dari orang ngutang di kios kecil saya bayarnya pake lama

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun