Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

141). Coba Mulai Memanejemen Diri, tapi Buyar Lagi

27 April 2011   20:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:19 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13039362711970474992

[caption id="attachment_103753" align="aligncenter" width="300" caption="Tiap waktu adalah saatnya berubah naik dan lebih baik(google gambar) "][/caption] . . Bangun dini hari ini, tak jelas apa yang mau ditulis. Lihat tulisan teman yang terbaru muncul di dashboard, terus tertarik dengan “Adu Penalty”nya Pak Murwat. Ah sudah ada penendang(komentator) pertama, saya tambahkan satu tendangan lagi. Kebetulan saya punya teori tentang tragedi akhir bola kaki ini, yang idenya punya saya; tulisannya milik Rahayu: pemilik lapak ini sebelumnya. . . Nah saya mau tulis apa sekarang? Coba mengkursor dashboard ke bawah sekiranya ada kompasianir yang menyapa/koment saya setelah seharian lebih tak sempat eksis menulis. Nah ada satu, lagi-lagi penggemar saya (hehe, kayak Norman saja), siapa lagi kalau bukan Bu Dosen. Kami terlanjur merasa cocok. Betapa tidak dia orangnya cerdas ketemu dengan saya yang bicaranya ngawur, telmi, dan sensi(tif). Istilah penyakit terakhir ini, saya jadi ingat satu sahabat lagi. Dia terlalu ketinggian untuk saya gapai bicaranya. Maklumlah saya orangnya telmi, kan? Eh tahu apa itu telmi? Jangan bilang-bilang kalau tidak tahu ya? Itu penyakit paten saya. Sudah penyakitan dengan rasa itu, bawaannya selalu jujur mengatakan seperti itu. Hehe, tawadhulah, alias tawu diri. . . Hm, tak jadi jadi rencana menulisnya kalau begini. Bicaranya ngawur seperti ini terus sih. Nih, satu kicauan lagi. Anak saya penggila bola asyik dengan tontonannya. Ini final, apa? Katanya semi final. Ah saya punya kesempatan menarik untuk membuktikan tentang teori adu penalty saya. . . Nah, mau serius dulu ah bicaranya. . . Kemarin itu saya coba mengendalikan diri untuk mulai memanejemen waktu, kerja dan setress keprihatinan yang kerap melanda. Menulis selama ini jadi pelarian, ini perlu saya atur. Kenapa? Ini cuma permainan konsep yang perlu tempatnya berpijak di alam nyata. Berkiprah dengan karya nyata. Saya orangnya pernah kreatif habis, workholic; sekarang jadi pecandu renung dan setress. Lalu muaranya ke menulis dan diskusi ria dengan teman. Ini nggak ideal saya pikir kalau tidak dimanifestasikan dalam bentuk kerja konkret dan fakta hasil. Di situ semua pikiran kita menjelma untuk bisa dilihat, diraba, dan…diterawang? (Bussyet, ini nebak uang palsu apa?) . . Nah saya, …eh nah nah lagi(hehe dasar penulis tesis, telat search istilah); kemarin itu coba mulai konsisten mengatur waktu. Ada waktunya menulis, membaca, mengomel, kerja tugas rutin, kerja kreatif/perubahan; pokoknya wujud hari ini dan esok harus berubah lebih baik dari kemarin. . . Sayang, di setiap gerak saya; selalu membayangi konsep-konsep pikir, ide, dan setress untuk segera saya gores. Saya harus ditemani polpen dan kertas yang siap setiap saat menjadi sekret(aris) dari bludakkan uneg-uneg, gagasan dan keprihatinan yang terus nyerocos tanpa permisi. Mencari jalan keluarnya, ya maksudnya harus dicatat. Nah kapan merealisasikannya dalam bentuk karya dan kerja nyata. Akhirnya, satunya kata dan perbuatan tak pernah kompromi, setidaknya akhir-akhir ini. . . Ah, saya akhiri sampai di sini dulu bicaranya. Dicoba sekali lagi mempraktekkannya. Doakan ya? Siapa tahu berhasil. Da daa !! . . Di Timur Fajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun