Mohon tunggu...
Ancha Hardiansya
Ancha Hardiansya Mohon Tunggu... Freelance Journalist -

Kau ciptakan malam, tapi kubuat lampu, Kau ciptakan lempung, tapi kubentuk cepu, Kau ciptakan gurun, hutan dan gunung, kuhasilkan taman, sawah dan kebun...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Alaynisme

27 September 2010   22:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:55 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

[caption id="attachment_271604" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] “W 9Hy D! HuMZzZ. . . ? ? ?” mungkin sebagian atau bahkan semua kita ini pernah menemukan tulisan ala tulisan pembuka diatas tadi. Yup, itulah tulisan alay yang saat ini lagi boming-bomingnya dikalangan anak baru gede (kisaran umur SMP dan SMU, bukan anak muda). Banyak tanggapan terhadap munculnya bahasa alay dikalangan ABG kita belakangan ini. Ada yang menilai, "itu wajar saja, so ABG masih mencari jati diri mereka" ada juga yang risau dengan mewabahnya bahasa alay yang belakangan sudah memiliki Kamus Besar Bahasa Alay (KBBA) menyaingi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dengan susah payah disusun para pendahulu kita. Penulis sendiri melihat bahwa, bahasa alay yang menurut beberapa sumber berarti Anak Layangan, ada juga yang menyebut Anak Lebay dan sebagainya, adalah bentuk kreatifitas remaja yang salah sasaran. Namun setelah menelusuri lebih jauh, bahasa alay yang berkembang di Indonesia, ada kemiripan dengan Bahasa  Leet yang sekitar tahun 1980-an berkembang di barat sana. Leet atau leetspeak isinya adalah kombinasi dari macam-macam karekter, semisal "the", jadi "t3h" yang awal muncul, sebenarnya untuk menghalangi filter situs untuk pencarian kata-kata kotor atau porno di internet. Jika di Barat leet muncul sekitar 1980-an, leet ala Indonesia baru mewabah di 2010 ini, (sedikit telat menurut saya). Tapi bukan masalah asal usul alay itu yang akan saya mati-matian bahas disini. Namun, akan kemana alay ini dimasa yang akan datang. Kita sepakat saja, bahasa alay ini sedikit menggangu bahasa keseharian kita (tanpa bermaksud untuk memaksa menyepakati). Alay, setuju tak setuju, wabah ini sudah terlanjur dalam kehidupan sosial kita. Sms, postingan dan terkhusus di Facebook dan Twitter bahasa alay yang sering dilontarkan Anang Hermansyah ini telah membentuk satu komunitas besar. Melihat mewabahnya bahasa alay, saya teringat dengan Karl Marx. Memang tidak ada hubungannya dengan Karl Marx dan mewabahnya bahasa yang katanya bahasa anak gaul 2010 ini. Tapi saya melihat akan ada Alaynisme, mengikuti paham Marksisme yang menolak paham Kapitalisme. Alaynisme menurut paham saya jika terus dibiarkan tumbuh, akan mematikan paham nasionalisme (dalam hal penguasaan bahasa Indonesia). Bukan tidak mungkin, alaynisme atau pengartian saya, adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari bahasa alay akan merajai bahasa keseharian kita dimasa yang akan datang. Melihat dari sudut penguasa bahasa ini adalah remaja, yang 10-20 tahun akan datang menguasai Indonesia, kebiasaan menggunakan bahasa alay akan sulit untuk dilupakan. Mengakar, menjadi jati diri yang akansusah di pudarkan, hingga (mungkin) bahasa asli Indonesia menjadi pudar, akan terjadi. Terlalu naif memang jika memprediksi itu saat ini, dan terlaku berlebihan jika menilai bahasa alay itu akan berpengaruh separah itu. Namun, Marxsisme juga demikian, sehingga tidak menutup kemungkinan alaynisme juga akan berlaku demikian. Ketakutan, tidak berminatnya anak sekolahan untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar, menurut aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sudah mulai terjadi saat ini. Anak remaja yang masih aktif sekolah, malah lebih asik mempelajari KBBA, agar tidak dicap "bukan anak gaul" ketimbang mendalami KBBI. Jadi tidak mengherankan jika setiap tahun, saat Ujian Nasional (UN) baik tingkat SMP atau SMU, bukan bahasa Inggris atau Matematika yang menjadi ketakutan anak sekolah, malah bahasa negaranya sendiri, Bahasa Indonesia. Dan, tingkat kelulusan yang banyak gagal malah di pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri. Jika bahasa alay ini terus dibiarkan, apa yang akan terjadi dengan generasi 10-20 tahun yang akan datang. Bisa jadi Indonesia dikuasai, dengan penggunaan bahasa alay. Terus bahasa Indonesia, yang lahir jauh sebelum negara ini merdeka dengan proklamir Sumpah Pemuda akan dikemanakan. Mari hidupkan nasionalisme penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan (silahkan artikan sendiri) paham alaynisme. Akan kemana anda dengan bahasa itu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun