Mohon tunggu...
Ancha Hardiansya
Ancha Hardiansya Mohon Tunggu... Freelance Journalist -

Kau ciptakan malam, tapi kubuat lampu, Kau ciptakan lempung, tapi kubentuk cepu, Kau ciptakan gurun, hutan dan gunung, kuhasilkan taman, sawah dan kebun...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengungkap Keindahan Butta Toa (Bagian-2)

25 Januari 2011   04:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:13 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam dan kebudayaan di Sulawesi Selatan ini memang indah. Seperti keindahan alam dan keunikan budaya masyarakat Bonthain atau Bantayan atau yang saat ini dikenal dengan sebutan Bantaeng. Satu dari 24 kabupaten kota yang ada di Sulsel ini terbilang unik, dan menarik untuk ditelusuri. [caption id="attachment_85563" align="alignleft" width="300" caption="Kuburan diatas bukit ditepi pantai di kawasan pantai Marina Korong Batu Bantaeng"][/caption] Dengan luas wilayah hanya 539,83 kilometer persegi serta 8 kecamatan dan 46 desa yang ada didalamnya. Bantaeng muncul kepermukaan sebagai kabupaten dengan alam yang tertata rapi dan penguatan budaya yang melekat. Bantaeng juga merupakan satu-satunya daerah di Sulsel yang bisa menggabungkan tiga unsur alam, daratan, pegunungan dan lautan dalam satu wilayah. Ibu Kota Bantaeng tepat berada didepan pantai yang lautnya berbatasan langsung dengan perairan Flores, dibelakangnya ada daratan yang sebelah barat berbatasan dengan Jeneponto, sebelah timur dengan Bulukumba dan diutara Bantaeng berbatasan langsung dengan Kabupaten Gowa. Dengan iklim tropis basah, Butta Toa, julukan Bantaeng mendapatkan keuntungan lebih. Keinginan menjadikan daerah ini sebagai pusat agro wisata dimasa yang akan datang cukup besar. "Kita punya alam, kita punya sarana, kenapa tidak, iklim pun mendukung," tutur HM Nurdin Abdillah, Bupati Bantaeng yang mencetuskan harapan tersebut. Selain kekayaan alam yang melimpah, kebudayaan dan adat istiadat di Bantaeng pun menarik. Rumah adat yang jumlahnya lebih dari satu, masjid tua yang dibangun sejak 1887 hingga keterbukaan warganya menerima perbedaan cukup tinggi. Di Bantaeng, setiap tahun baru China masyarakatnya merayakan dengan meriah, ini membuktikan masyarakat Bantaeng punya pertautan darah dengan masyarakat Tionghoa. [caption id="attachment_85564" align="alignright" width="300" caption="Kebun Jagung sepanjang jalan menuju puncak Loka"]

1295928959459685313
1295928959459685313
[/caption] Di daerah pengunungan pun, penduduknya memiliki wajah yang hampir mirip dengan orang Tionghoa. Bahkan sering kali masyarakat tersebut dinobatkan sebagai masyarakat pecinaan Bantaeng. Sejarah panjang masyarakat Tionghoa di Bantaeng cukup panjang, namun saat ini masyarakat pribumi dengan Tionghoa telah berbaur tanpa ada sekat yang memisahkan. Sikap toleransi bermasyarakat di Bantaeng memang tinggi. Ketika menginjakkan kaki di Bantaeng, pilihan objek wisata yang siap didatangi pun menunggu. Untuk wisata alam, Bantaeng memiliki permandian alam Eremerasa, Air Terjung Bissappu, pantai Marina Korong Batu, Pantai Selatan dan Taman bermain anak, serta kawasan Loka Camp dan Outbound. Wisata budaya dan sejarah, Bantaeng menyediakan Rumah Adat Balla Lompoa, Balla Tujua di Onto, Masjid Tua Tompong, Makam Raja-raja La Tenri Ruwa, Gua Batu Ejayya dan Makam Datuk Pakkallimbungan. Sementera untuk wisata agro terpadu, di sana kita bisa mengunjungi kawasan perkebunan jeruk, kopi dan pertanian holtikultura sayuran. Sementara tahap pembangunan saat ini, kawasan perkebunan strowberry dan apel yang hasilnya bisa petik kurung waktu lima tahun yang akan datanng. Bagi wisatawan yang berkunjung ke Bantaeng juga bisa melakukan penanaman langsung pohon apel di kawasan Gunung Loka yang memang khusus disediakan untuk taman wisata agro. Selain tempat-tempat tersebut, disana juga memiliki agenda tahunan. Seperti saat merayakan hari jadinya, akan ada banyak kegiatan yang dilakukan. Perayaan pesta adat pa'jukukkang bagi masyarakat pesisir serta tari Paolle dan tari Paddekko yang biasanya dilakukan saat upacara appainung karaeng atau pencucian benda pusaka. Walau masih terbatas pada fasilitas seperti hotel dan penginapan lainnya, namun kedepan setelah selesainya pemetaan kawasan pesisir yang ditimbun. Bantaeng akan membangun satu hotel berbintang tiga yang siap menampung semua tamu dan wisatawan yang datang berkunjung. Saat ini di sana baru ada lima hotel dan penginapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun