Sejarah perfilman tidak bisa dipisahkan dari pengaruh ideologi yang sering kali berperan dalam pembentukan narasi besar suatu bangsa.
Salah satu bentuk karya yang paling mencolok dalam hal ini adalah film propaganda.
Film propaganda sering dianggap sebagai anak haram dalam dunia sinema, namun justru di situlah letak paradoksnya: teknik-teknik sinematik paling inovatif justru lahir dari rahim ideologi totaliter.
Dua contoh paling terkenal dalam genre ini adalah Triumph of the Will (1935) karya Leni Riefenstahl, yang mempropagandakan kekuatan Nazi Jerman.
Dan karya-karya Dziga Vertov seperti Man with a Movie Camera (1929), yang digunakan untuk mempromosikan visi Bolshevik pasca-Perang Sipil Soviet.
Meskipun kedua film ini dibuat dengan tujuan politik yang sangat berbeda, keduanya menawarkan pelajaran berharga bagi sineas muda tentang kekuatan sinema sebagai alat komunikasi massa, serta tanggung jawab etis yang melekat padanya..
Film-film ini mengajarkan bahwa kekuatan sinema terletak pada kemampuannya menciptakan realitas alternatif--senjata bermata dua yang bisa menyatukan bangsa sekaligus menghancurkan kemanusiaan.

Anatomi Propaganda Visual: Nazi vs. Bolshevik
1. Leni Riefenstahl dan Rekayasa Mitos Nazi