Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kesederhanaan Ramadan: Kritik terhadap Konsumerisme dalam Hari Raya

6 Februari 2025   17:12 Diperbarui: 7 Februari 2025   17:50 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Survei mandiri yang dilakukan tirto.id (11/4/2023). (Sumber: rajapena.org)

Ramadan seharusnya menjadi bulan di mana umat Islam melatih diri untuk hidup sederhana, menahan hawa nafsu, dan memperkuat solidaritas. Namun, di Indonesia, Ramadan justru menjadi puncak aktivitas konsumsi.

Kebiasaan berbelanja, sebulan atau lebih, sebelum hari raya dikonfirmasi oleh 43,18% responden.

Sebanyak 68,73% responden mengalami peningkatan anggaran belanja selama bulan Ramadan, dengan alasan tradisi buka puasa bersama dan pembelian barang baru sebagai persiapan Lebaran.

Itulah sedikit cuplikan perilaku masyarakat dalam menyambut Ramadan melalui pengumpulan pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas periode 10-12 Mei 2017 di 12 kota besar di Indonesia.

Survei Kurious memperbaruinya, tahun 2023 menunjukkan 84 persen responden menyatakan pengeluarannya cenderung lebih besar saat Ramadan dibanding bulan-bulan lainnya.

Masyarakat Indonesia cenderung mulai berbelanja sekitar dua minggu sebelum Lebaran, dengan puncak belanja terjadi pada satu minggu sebelum hari raya (60%).

Di Indonesia, menjelang Hari Raya Idul Fitri, kebiasaan berbelanja besar-besaran menjelang Lebaran menjadi fenomena yang hampir tidak terhindarkan.

Masyarakat seringkali berfokus pada pembelian pakaian baru, perlengkapan rumah tangga, dan makanan, dengan tujuan menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.

Namun, fenomena ini semakin memunculkan pertanyaan: Apakah kebiasaan ini bertentangan dengan semangat asli Ramadan yang seharusnya lebih mengarah pada kesederhanaan, peningkatan spiritualitas dan pengendalian diri?

Survei Litbang Kompas (Sumber: Kompas.id)
Survei Litbang Kompas (Sumber: Kompas.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun