Industri startup di Indonesia mulai menggeliat kembali usai babak belur dihantam skandal pemalsuan laporan keuangan eFishery. Bahkan, investigasi terkait hal tersebut juga masih berjalan.
Kompasianer mungkin hampir sebagian besar sudah memanfaatkan layanan transportasi Grab dan Gojek. Atau belanja daring melalui Tokopedia.
Bayangkan, jika semua entitas bisnis digital itu bergabung menjadi satu? Tentu konsumen akan semakin dimanjakan dengan layanan-layanan menarik dalam satu genggaman tangan.
Rencana akuisisi Grab, startup asal Singapura, atas GoTo (Gojek-Tokopedia) menjadi salah satu topik hangat di dunia bisnis dan teknologi, terutama di Asia Tenggara. Akuisisi ini diperkirakan bernilai lebih dari Rp115,8 triliun.
Jika terealisasi, akuisisi ini akan menciptakan raksasa teknologi baru yang menguasai berbagai sektor, mulai dari transportasi, e-commerce, hingga layanan finansial.
Pertanyaan yang kemudian muncul terhadap rencana penggabungan tersebut adalah, apa dampaknya buat pendapatan negara, serta implikasi ekonomi dan sosial yang mungkin timbul?
Profil Perusahaan: Grab dan GoTo
1. Grab: Platform Super-App Terdepan di Asia Tenggara
Grab adalah perusahaan teknologi berbasis di Singapura yang didirikan pada tahun 2012 oleh Anthony Tan dan Tan Hooi Ling.
Dengan dominasi yang kuat di Asia Tenggara, Grab berhasil membangun ekosistem digital yang sangat terintegrasi.