Laki-laki adalah mahluk yang tak pernah jera bermimpi. Demi waktu diserapnya segala duka diantara pagi buta hingga senja. Di atas ranting kering rapuh terselip mimpi-mimpi besar yang coba diraihnya.Â
Jatuh, bangkit, terbentur, terbentuk, gagal, merintih lalu maju meski tertatih.
Memunguti rintik-rintik semangat di musim kemarau. Tak sudi diperolok kehidupan. Lalu berlari ke dalam hutan, menceritakan mimpinya kepada pohon-pohon yang berakar itu.Â
Gerimis hujan jatuh bertubi-tubi merangsek tanpa bisa ditahan. Tak ada setitik penyesalan untuk semua mimpi yang sudah didaki.
Penderitaan dan kebahagiaan selalu datang bersamaan. namun, dalam tempo yang sulit ditentukan. Sungguh tak enak hidup dari sedekah belas kasihan orang. Begitu banyak utang kebaikan yang harus dibalas.
Takdir sudah digariskan, teruslah membersamai tiap-tiap air mata yang jatuh deras di atas tanah-tanah perjuangan. Menapaki pulau-pulau baru kemerdekaan.
Sekumpulan teori dan setumpuk buku mungkin tak membuat dirimu pintar. Dia hanyalah sebuah ikhtiar. Mendekatkan dirimu pada model persoalan dan penggunaan teknik pengambilan keputusan. Terkadang jawaban kau temukan di jalanan.
Sepotong sajak cinta dan mimpi-mimpi yang tertunda.
Tapi bukan untukmu, kisah ini Aku tuliskan. Karena zaman terus bergerak dan kehidupan tak berhenti berjalan.Â
Buku adalah senjata peradaban!
Peluklah dia erat-erat. Jangan kau lepaskan. Karena dia, kawan sejati di setiap perjalanan.