Mungkin benar kata pepatah, buah jatuh selalu tidak jauh dari pohonnya. Selama hidupnya, Hashim Djojohadikusumo adalah "mitra utama" di setiap jejak perjuangan sang kakak, Prabowo. Usia yang hanya terpaut dua tahun, mungkin menjadi faktor keakraban mereka berdua.
Sahabat perjuangan sehidup-semati. Lebih dari sekadar adik kandung. Sahabat dalam perjuangan, seperti Tan Malaka dengan Jenderal Soedirman, Soekarno-Hatta, Karl Marx-Frederick Engels.
Hidup menjadi keturunan langsung tokoh-tokoh besar republik tidaklah mudah. Prabowo dan Hashim adalah anak dari seorang begawan ekonomi Indonesia terkemuka, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Ekonomi serta Menteri Riset dan Teknologi pada masa Presiden Soeharto.
Sedangkan kakeknya Margono Djojohadikusumo adalah pendiri BNI 1946 dan mantan ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) serta Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Sang Paman bernama Kapten (Anumerta) Soebianto dan Taruna Soejono keduanya gugur di Lengkong, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, 25 Januari 1946. Kemudian kita mengenalnya dengan Pertempuran Lengkong.
Sebagai anak bungsu dari Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, seorang ekonom terkemuka, Hashim tumbuh di lingkungan yang kaya akan pendidikan dan pengalaman internasional.
Ia menempuh pendidikan di luar negeri, termasuk di Pmonoa College, Claremont University, Amerika Serikat, sebelum kembali ke Indonesia dan memulai karier di dunia bisnis.
Hashim adalah yang termuda dari empat bersaudara. Selain Prabowo, Hashim memiliki dua kakak perempuan, yaitu Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati yang juga aktif memberdayakan kaum perempuan Indonesia Raya.
Patriotisme Seorang Hashim
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitulah sejatinya keluarga pejuang. Tak terbantahkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!