Mohon tunggu...
Rahadian Navanka
Rahadian Navanka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film & Televisi Universitas Pendidikan Indonesia

Saya memiliki ketertarikan terhadap dunia visual dan ingin terus belajar mengenai hal tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Film

Pentingnya Pertanyaan "Kenapa" dalam Film "tick, tick... BOOM!"

26 Oktober 2022   06:10 Diperbarui: 26 Oktober 2022   06:38 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Tick, tick... BOOM! Adalah sebuah film musical drama comedy yang di sutradarai oleh Lin Manuel Miranda sebagai directorial debut nya. Film ini diangkat dari kehidupan seorang composer theater yang umurnya akan segera menginjak 30 tahun dan harus menjalani kehidupan sebagai seniman di New York City. Ia bernama Jonathan Larson, ia memiliki mimpi untuk menjadi seorang composer terkenal. Tetapi di jalannya banyak tekanan dan dilemma yang harus ia hadapi.

Jonathan Larson di gambarkan sebagai seniman yang berusaha berkembang di tengah lika liku kota New York masalah cinta, persahabatan, karir, dan eksistensei akhirnya muncul sebagai representasi kehidupan kehidupan nya yang penuh dilemma. Di film ini kita melihat bagaimana ia mencoba mengatasi permasalahan permasalahan ini dan kemudian disajikan sebagai suatu musical yang apik dan penuh akan tanda pertanda.

Tanda tanda yang muncul di film ini kemudian merepresentasikan film ini dengan sempurna. Salah satu scene paling powerful di film ini adalah set piece musical terakhir yang menjadi sebuah recap dan resolusi yang sempurna untuk menutup film ini. Ditutup dengan lagu "Louder Than Words" yang sangat emotional, Lin Manuel Miranda berhasil membuat sebuah closure yang pas untuk Jonathan Larson.

  • Pertanyaan Why? Jonathan Larson seperti bertanya ke dirinya sendiri tentang kenapa dia melakukan hal hal yang ia lakukan seperti kata kata pertama dalam lagu itu "Why do we play with fire?" dia bertanya kenapa kita bermain main dengan sesuatu yang harusnya tidak kita jadikan mainan seperti contohnya hubungan ia dengan pacarnya, sahabatnya padahal mereka merupakan orang orang terpenting di hidupnya. Kemudia ia bertanya lagi "Why do we run our fingers through the flame?" itu masih menjadi pertanyaan yang sama tapi di interpretasikan oleh hal yang berbeda.
  • Cages or Wings, Which Do You Prefer? Disini Jonathan menginterpretasikan Cages sebagai suatu kendang yang memenjarai perasaan, hati, maupun kreatifitasnya dan Wings sebagai kebebasan nya dalam menjalani hidup.
  • Action speak louder than words Sebuah penggambaran dari cerita yang dijalani oleh Jonathan Larson sepanjang hidupnya. Bagaimana ia terus berusaha untuk mencapai mimpinya. Walau ia banyak omong tapi usaha dia dapat mengimbanginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun