Mohon tunggu...
Rahadian Rundjan
Rahadian Rundjan Mohon Tunggu... Penulis -

Penulis yang menggemari isu-isu sejarah, sains, dan budaya populer dalam lingkup politik. Dapat dihubungi di @rahadianrundjan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

NKRI Bersyariah Bukan Kompromi Terbaik Bagi Indonesia

15 Februari 2019   14:54 Diperbarui: 15 Februari 2019   15:26 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pancasila memang belum benar-benar kita terapkan secara sempurna sejauh ini. Namun ia sudah bekerja dengan baik sebagai alat pemersatu dan pedoman hidup bangsa Indonesia. 

Di kalangan internasional, Pancasila menjadikan Indonesia disegani negara-negara Barat maupun Timur, khususnya dalam kemampuannya  merawat tatanan masyarakat Islam yang cenderung damai dibandingkan dengan masyarakat Islam Timur Tengah dan Afrika Utara yang kerap bergejolak akibat sentimen-sentimen agama.

Pada tahun 1920-an, Sukarno pernah menulis bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme ketimuran, yang berarti mempertimbangkan segi-segi rohaniah dan spiritual orang-orangnya, atau "perkakas Tuhan" sebagaimana ia menyebutnya. 

Artinya, dalam batas-batas tertentu kaidah-kaidah keagamaan harus eksis dalam kehidupan sehari-hari sebagai perangkat kesadaran bersama terhadap kebangsaan Indonesia, khususnya nilai-nilai universalnya seperti toleransi, tenggang rasa, perdamaian, dan lain-lain.  Pancasila sudah menyediakan ruang untuk hal-hal tersebut sehingga syariah tidak lagi diperlukan.

Berdasarkan contoh dari negara-negara maju, kita bisa melihat bagaimana ruang publik yang manusiawi dibangun bukan dari semata-mata tuntunan kitab suci atau tendensi-tendensi emosional terhadap agama, namun demokrasi yang menjamin kebebasan bersuara setiap rakyatnya dan dikedepankannya nalar serta nurani dalam kehidupan sehari-hari. 

Mewujudkan hal tersebut merupakan tantangan besar di Indonesia mengingat begitu mudahnya kelompok-kelompok Islam terlibat persekusi terhadap kelompok bukan Islam, mulai dari pelarangan pendirian gereja, razia semena-mena di bulan Ramadhan, himbauan-himbauan sepihak untuk menolak perayaan hari-hari besar agama lain, dan lain-lain.

NKRI Bersyariah adalah gagasan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan terlalu dikemas dengan tendensi emosional alih-alih menawarkan solusi yang aktual. Jika NKRI Bersyariah adalah kritik atau tambahan terhadap Pancasila, maka ia belum berbobot untuk ditanggapi. Sekali lagi, Indonesia tidak memerlukan label-label syariah karena Pancasila sudah merangkul hal-hal kemanusiaan universal yang ingin dicapai oleh syariah; Pancasila masih merupakan kompromi terbaik bagi Indonesia dan mewacanakan NKRI Bersyariah terlihat seperti kesia-siaan dan membuang-buang waktu semata.

Lebih baik kita fokus untuk menerjemahkan nilai-nilai Pancasila sesuai kebutuhan hidup zaman sekarang yang kian bergantung pada kemajuan sains dan teknologi, bukan lagi sekedar pada dogma-dogma agama semata. Beribadah dan beragama memang perlu, namun kita harus menyandingkannya dengan rasionalitas dan akal sehat agar kita mampu bersaing dalam panggung modernitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun