Assalamualaikum wr. wb. #salamdamai
Pak Jokowi yth,
Saya mengucapkan selamat pada Pak Jokowi yang telah memenangkan pilpres versi quick count lembaga survey dengan skor 6 : 3. Pak Jokowi dimenangkan 6 lembaga survey sedangkan Pak Prabowo 3 lembaga survey.
Bahwa saya tidak memilih Bapak, bukan berarti Bapak tidak baik. Bapak hebat. Nyatanya Bapak telah dipilih oleh puluhan juta orang, dan tidak mungkin orang sebanyak itu salah pilih semua.
Namun kemenangan Bapak yang hanya berselisih tipis menggelisahkan hati saya. Itu berarti ada juga puluhan juta rakyat Indonesia yang tidak memilih Bapak, jumlahnya hampir sama dengan yang memilih Bapak. Mereka ini, ketika Bapak mengemban jabatan sbg presiden, mungkin akan tetap mengawasi dengan curiga, bahkan antipati. Negeri ini telah terbelah menjadi dua kutub yang sama kuat. Bila terjadi clash antara kedua kutub itu, tidak terbayangkan betapa ngeri akibatnya bagi rakyat banyak.
Sebagus apapun program kerja Bapak sebagai presiden, tidak akan ada artinya bila tidak ada kedamaian di negeri ini. Maka sebagai pemenang pilpres, di pundak Bapaklah teremban tanggung jawab untuk menjaga kedamaian itu. Negeri ini sekarang bagaikan bom waktu bersumbu pendek. Salah sedikit saja Bapak membuat kebijakan, malapetaka yang mengerikan bisa menimpa.
Maka saya sangat berharap, walaupun memenangkan pilpres ini, Bapak tetap sadar bahwa kemenangan itu tidak mutlak. Walaupun berkuasa, Bapak tidak bisa berbuat sekehendak hati tanpa kemungkinan timbulnya resistensi hebat dari rakyat yang tidak mendukung Bapak. Apalagi sebelum pilpres pun ada banyak isu telah berkembang. Hal-hal yang kontroversial, sebaiknya Bapak kaji ulang dengan sangat hati-hati, pertimbangkan manfaatnya dibanding kerugian bila mengakibatkan perpecahan hebat di kalangan rakyat. Hal-hal itu misalnya:
- Wacana untuk menghapus perda syariat Islam di seluruh Indonesia
- Rencana menjadikan 1 Muharram (Tahun Baru Hijriyah) sebagai Hari Santri Nasional
- Rencana penghapusan kolom agama di KTP
- Wacana penghapusan Pengadilan Agama, Kantor Urusan Agama, bahkan Kementerian Agama
- Wacana untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel
- Hal-hal berkaitan dengan aliran minoritas (kalau tidak hendak disebut sebagai aliran menyimpang) seperti syiah, ahmadiyah, dlsb.
- Hal-hal berkaitan dengan media massa yang suka menyakiti umat Islam, terutama media massa pendukung Bapak. Misalnya The Jakarta Post yang kemarin memuat gambar kartun yang menghina Allah dan Rasul-Nya.
Memaksakan hal-hal tersebut tanpa mempertimbangkan resistensi yang akan timbul bisa menimbulkan kericuhan yang sangat menguras energi bangsa kita, yang membuat hal-hal lebih penting untuk pembangunan negara menjadi terbengkalai.
Oh iya, karena masih ada kemungkinan Pak Prabowo yang memenangkan pilpres ini, bila ada mukjizat, bisa saja dalam penghitungan suara manual di KPU Pak Prabowo yang menang, maka saya pun merasa perlu titip pesan pada Pak Prabowo.
Pak Prabowo yth,
Kalaupun Bapak menang, kemenangan itu tidak mutlak. Ada puluhan juta orang yang tidak memilih Bapak, bahkan anti terhadap Bapak. Maka bila Bapak mengemban amanah sebagai presiden, saya sangat berharap Bapak tidak melakukan hal-hal yang ditakutkan orang-orang itu selama ini. Misalnya tentang kecurigaan bahwa Bapak akan membangkitkan kembali Orde Baru, mengekang kebebasan berpendapat, menculik, menghilangkan orang, dan berbagai aksi pelanggaran HAM lainnya. Saya yakin (dan berharap) Bapak tidak akan melakukan itu.
Pak Prabowo yth,
Tidak bisa dipungkiri, bahwa banyak tokoh yang mendukung Bapak saat ini justru menjadi beban bagi Bapak. Bila Bapak menjadi presiden, dikhawatirkan kemauan dan tingkah mereka akan menimbulkan masalah. Misalnya isu pemurnian agama yang didorong oleh satu partai pendukung Bapak, itu sebaiknya dikaji dengan sangat hati-hati supaya tidak menimbulkan kekisruhan yang kontraproduktif. Selain itu isu korupsi juga sangat perlu ditangani dengan bijak dan tegas. Adanya "kelompok kepentingan" di belakang Bapak harus dibasmi dengan tegas bila tingkah-polahnya merugikan negara dan rakyat banyak. Bapak juga harus bisa membuktikan bahwa dalam memerintah Bapak tidak "bagi-bagi kekuasaan" atas dasar kepentingan politik semata.
Pak Jokowi dan Pak Prabowo, demikianlah pesan dari saya. Saya sendiri juga heran, siapa saya, sehingga merasa begitu penting berpesan pada Bapak-bapak semua yang hebat-hebat ini. Bahkan saya juga tidak tahu apakah pesan ini bisa sampai pada Bapak-bapak semua. Sampai atau tidak, yang penting sebagai rakyat saya sudah berusaha mengingatkan. Demi kepentingan bangsa, lain tidak.
Oh ya, Pak Jokowi, nama saya Rahadi Widodo. Mohon dipahami bahwa itu nama yang diberikan orang tua saya sejak lahir. Saya tidak berganti nama hanya karena Bapak terpilih menjadi presiden. Eh, ini tidak penting ya, maaf.
Wassalam,
Rahadi Widodo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H