Mohon tunggu...
Rahadi W. Pandoyo
Rahadi W. Pandoyo Mohon Tunggu... -

Dokter Spesialis Paru di RSUD Dr. HM Rabain, Muara Enim, Sumatera Selatan. Penulis Novel Profesi "The Doctor" (Mazola, Januari 2015)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaki Israel Tidak Membuatmu Lebih Baik dari Mereka. Kata Siapa?

12 Juli 2014   22:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:32 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14051527391392187159

[caption id="attachment_315122" align="aligncenter" width="245" caption="facebook.com"][/caption]

Begitu terbetik berita serangan gencar Israel ke Gaza, kontan timbul reaksi dari para facebooker yang menentangnya. Hujatan dan cacian terhadap Israel pun membanjiri beranda facebook. Ini fenomena yang biasa terjadi. Seperti itu juga beberapa tahun lalu ketika Israel menggelar serangan ke Gaza.

Tidak semua orang sepakat dengan fenomena itu. Salah satunya pembuat karikatur ini. Ia menyindir orang yang menyumpahi Israel dengan kata-kata anjr*t, bangsat, biadab, dlsb. Ketika ditawari untuk berangkat perang ke Gaza, si penyumpah bilang gak bisa, alasan sibuk. Ketika ditanya bisa nyumbang harta berapa, si penyumpah bilang gak mampu, kredit aja bisa belum lunas. Nah, kemudian si pembuat karikatur ini (yang menggambarkan diri sebagai pemuda rambut berombak berkacamata, kesannya elegan dan intelek) menasehati agar si penyumpah menyumbang doa saja. Disertai tiga komentar penutup, yaitu: (1) Itu (berdoa) lebih disukai Allah bagi yang tidak bisa melakukan tindakan nyata. (2) Mengumpat dan mencaci Israel tidak membuatmu lebih baik dari mereka. (3) Ngaku Muslim kok kata-katanya kotor.

Sorry, Bro, saya kritisi karikatur ini ya.

PERTAMA, hebat sekali si pembuat karikatur bisa menyatakan apa yang lebih disukai Allah. Emangnya dia siapa? Nabi bukan, rasul bukan, berani menyatakan apa yang lebih disukai Allah. Kalau berdasarkan pengetahuan agama, bukankah ada hadits yang menyatakan bahwa apabila kita menemui kemunkaran, cegahlah dengan tangan, bila tidak mampu cegahlah dengan lisan, dan bila tidak mampu juga ya tentanglah dengan hati. Dengan hati maksudnya ya berdoa, tapi ini adalah selemah-lemah usaha. Dalam hadits itu jelas, menentang kemunkaran dengan lisan masih lebih baik daripada dengan hati saja.

Pada zaman modern seperti sekarang, menentang secara lisan itu juga bisa berupa tulisan di media massa dan internet, termasuk media sosial seperti facebook dan twitter. Apakah tidak ada gunanya? Toh Israel tidak mendengar? Kata siapa. Tahu nggak, pembangkang Amerika bernama Snowden? Dia yang membocorkan rahasia bahwa Amerika memata-matai media sosial. Kalau kita rame-rame menyerang Amerika dan Israel di facebook, minimal mata-mata mereka tahu. Selain itu, di media sosial ada istilah trending topic. Itu juga jadi perhatian, Bro. Karena fb n twitter ini situs yang mendunia, maka trending topic-nya juga akan menjadi perhatian internasional. Semakin banyak yang bikin hashtag #savegaza atau #prayforpalestine misalnya, maka semakin hebat perhatian dunia bisa kita guncangkan. Lihatlah gambar satunya lagi, sindiran bahwa ketika Jerman membantai Brazil 7-1, muncul hingga 3.000.000-an twit dalam 1 jam, sedang ketika Israel membantai 7 orang Palestina dalam 1 jam, tidak ada yang peduli.

Ini zaman internet, Bro. Perjuangan meraih dukungan internasional tidak hanya bisa dilakukan oleh para diplomat di majelis umum PBB. Kita pun bisa mendukungnya lewat media sosial. Ingat, kalau perjuangan rakyat Palestina tidak mendapatkan dukungan internasional, atau bahkan terkesan dianggap sepi oleh dunia, maka Israel akan makin bebas dan melampaui batas.

Satu lagi, tentang kata-kata "tidak bisa melakukan tindakan nyata" itu juga perlu dikritisi. Menyebalkan sekali si pembuat karikatur menggambarkan si penyumpah sebagai orang berpeci dan berbaju koko (gambaran umum aktivis muslim di negeri ini) tertunduk lesu dan dipermalukan karena tidak mampu berbuat apa-apa. ITU SALAH, BRO. Walau kamu bukan seperti Pak Prabowo yang mampu menyumbang 1 Milyar (lha kekayaannya aja 1,6 Trilyun, wajar dong), walau kamu bukan seperti dokter-dokter Mer-C yang mampu berangkat ke Gaza dan mendirikan rumah sakit Indonesia di sana, tapi bukan berarti kamu tidak bisa melakukan tindakan nyata. Nilai amal bukan dari volumenya, tapi dari keikhlasannya. Bila kamu hanya mampu menyumbang 100 ribu rupiah saja, lakukan! Walau cuma 100 ribu, tapi kalau ada sejuta orang yang melakukannya, sudah terkumpul 100 milyar! Itu sudah lebih banyak dari bantuan pemerintah RI yang Rp 11 milyar lebih. Kalau cuma mampu nyumbang seribu rupiah saja, lakukan! (Hehe... tapi masa iya sih cuma mampu 1000 rupiah saja?)

KEDUA, bahwa mengumpat dan mencaci Israel tidak membuatmu lebih baik dari mereka... ya, itu benar. Tapi DIAM SAJA JUGA TIDAK MEMBUATMU LEBIH BAIK DARI MEREKA. Diam sama dengan setuju, Bro. Kalau kamu diam saja menyaksikan kebrutalan Israel, itu sama saja kamu merestui perbuatan mereka. Kalau kamu tidak setuju dengan kejahatan Israel terhadap rakyat Paleatina, nyatakan! Menyatakan ketidaksetujuan kan tidak harus membawa-bawa nama penghuni kebun binatang, seperti anjr*t, bangsat, dlsb. Banyak kata-kata keras bisa digunakan, tapi tidak kotor. Kata "biadab" misalnya, itu pantas disematkan pada Israel. Membantai perempuan dan anak-anak menggunakan roket dari pesawat tempur itu memang biadab, Bro. Mau dikatakan apa kalau bukan biadab?

KETIGA, ini sindiran sangat tendensius: ngaku muslim kok kata-katanya kotor. Yang dikomentari si pembuat karikatur adalah orang yang digambarkan berpeci dan berbaju koko. Yang mengatakan adalah pemuda berkacamata, kesannya bijak banget, tapi ini mempermainkan persepsi publik. Sebagai muslim, memang tidak layak mengucapkan kata-kata yang menyakitkan pada sembarang orang, yang belum tentu salah-benarnya. Tapi bila kemunkaran sudah nyata, cetho welo-welo, ya sah saja kita menggunakan kata-kata keras, asal sesuai dengan perbuatan yang dimaksud. Jihad paling afdhal adalah perkataan yang haq di hadapan penguasa yang dzalim.

Walaupun begitu, tetap perlu ada remnya, Bro. Apapun kalau berlebihan itu tidak baik. Kita menentang perbuatannya, bukan orangnya. Kita kampanyekan kemerdekaan dan perdamaian, bukan kebencian. Rasulullah dulu memerangi kaum yahudi karena perbuatannya melampaui batas, bukan karena membenci mereka, bukan karena rasisme. Ingat kan, Bro, setelah penaklukan Khaibar, Nabi membebaskan tawanan yahudi bernama Shafiyyah binti Huyai, bahkan kemudian menikahinya setelah beliau menjadi muslimah. Kalau mengingat dendam terhadap kejahatan orang yahudi, beliau bisa saja membiarkan Shafiyyah dalam perbudakan, untuk menghinakan bangsa yahudi. Tapi Islam tidak begitu, Bro. Sikap welas asih Rasul terhadap musuh yang dikalahkan itu justru membuat orang berbondong-bondong masuk Islam. Jangan seperti sekarang, asal beda dikit udah main tebas leher aja. Baru menang pilpres versi quick count aja udah mengolok-ngolok habis-habisan (Eeeeh, kok nyangkut-nyangkut pilpres lagi. Ups).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun