[caption caption="Dayu Dara Permata, Vice Presiden of Go-Jek presentasi (FOTO GANENDRA)"][/caption]“Suatu bangsa itu dikatakan memiliki potensi untuk maju jika minimal 2% penduduknya menjadi enterpreneur.”
KALIMAT nukilan dari literatur itu, disampaikan oleh Vice President of Go-Jek Dayu Dara Permata yang menjelaskan tentang korelasi antara enterpreneur dengan kemajuan suatu bangsa. Kalimat yang disampaikan dihadapan puluhan pelaku bisnis start-up, saat digelar Bootstrap Traction For Start-up, yang diadakan oleh Code Margonda bekerja sama dengan PT. Bank Central Asia Tbk (BCA), di Menara BCA, Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (1/3/2016).
Jika mengacu nukilan di atas, maka disayangkan bahwa kondisi di dalam negeri, prosentasenya masih jauh. Dara menyebutkan angka 0,5% enterpreneur yang bergelut di tanah air. Masih kalah dengan negeri tetangga, seperti Singapura 7%. Malaysia 5% dan Thailand 4%. Kondisi berbalikan bahwa di Indonesia menjadi ladang konsumen bagi start-up dari mancanegara yang cukup besar. Sebut saja pengguna facebook, twitter, instagram dan lainnya merambah di pasaran tanah air. Sementara bisnis start-up di tanah air dalam taraf merangkak, dan perlu gencar didorong untuk lebih meningkat. Apalagi dukungan pengguna internet di dalam negeri melaju pesat, bergerak mendekati angka 100 juta pengguna. Juga jumlah penduduk 250 juta jiwa di Indonesia dapat menjadi raksasa digital dan pasar smartphone yang besar.
Potensi dan Kondisi Menjanjikan
Raksasa mesin pencari Google bulan lalu mengumumkan telah membuka pendaftaran untuk kelas kedua Google Launchpad yang akan berjalan mulai Juni 2016. Bagusnya, start-up dari Indonesia lolos di kelas pertama. Kabarnya Jojonomic dan Haekaedu, start-up yang mewakili Indonesia. Tentu prestasi yang cukup membanggakan. Ide dan gagasan dari kawula muda yang berhasil menembus pasaran dunia. Beruntung kedua start-up itu menjadi salah dua narasumber di acara Bootstrap Traction For Start-up. Mereka sharing pengalaman dan ilmu yang bermanfaat untuk menginspirasi dan mendorong generasi muda untuk turut mengembangkan potensinya.
Start-up bukanlah barang asing. Terbukti di ruangan acara, para pesertanya mayoritas sudah memiliki start-up yang dibangunnya dengan rentang waktu beragam. Sudah pernah mendengar start-up Tulungin.com,Doktor Brankas, Freenesia, Krona?
Nama-nama itu sudah tak asing bagi pelaku bisnis start-up. Meski sedang start-up, merintis usaha, namun konsep dari ide dan gagasan masing-masing start-up itu cukup menjanjikan. Menariknya, bahwa latar belakang membangun start-up itu bukan hanya semata bisnis namun juga untuk membantu orang lain. Kesulitan orang lain yang menjadikan inspirasi start-up yang dibangun.
Sebut saja FREENESIA. Start-up ini mengangkat tema kependudukan. Idenya unik dan inspiratif. Seperti dijelaskan oleh Aditya, berawal dari ide melihat tetangga yang punya keahlian tukang, tapi menganggur. Terbersitlah ide untuk membantu mempromosikan CARI TUKANG, caritukang.smartnesia.com. Ide dibungkus aplikasi, dengan memudahkan orang yang membutuhkan tukang berkaitan dengan perbaikan rumah. Saat ini start-up yang dibangun Aditya sudah berjalan.
Ada lagi yang start-up unik, DOKTOR BRANKAS. Rizki dari Doktor Brankas berbagi kisah bahwa start-up yang dibangunnya tercetus idenya sejak 2015. Awalnya adalah usaha konvensional ayahnya. Jasa menyimpan barang berharga yang terbuat dari besi/ baja. Hingga kemudian ide mendigitalisasikan dalam bentuk start-up Doktor Brankas. Latar belakangnya sederhana, akibat melihat pertumbuhan start-up yang pesat, salah satunya Go-jek. Juga peluang, dengan minimnya penyedia dan penyalur jasa brankas.
[caption caption="Indra dan Kenny membangun start-up KRONA Indonesia. (FOTO GANENDRA)"]
Indra dan Kenny membangun start-up KRONA Indonesia, yakni sebuah digital agency. Perusahaan rintisan membantu di dunia marketing internet. Hadir sebagai penyedia jasa, meminimalisir permasalahan di bidang marketing.