Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Solusi Inovatif JAGADIRI Sebuah Asuransi Tanpa Beban

9 Mei 2015   19:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asuransi di era sekarang sudah cukup populer di masyarakat. Khususnya di perkotaan, siapa sih yang tak kenal dengan asuransi? Popularitas asuransi bukan hanya didorong oleh aspek manfaat yang dirasakan para nasabahnya, sehingga merasa sangat terbantu dalam menghadapi masalah berkaitan biaya hidup yang tak terprediksi. Namun jamak terdengar bahwa asuransi menjadi beban seiring dengan aspek-aspek yang membuat kurang nyaman, misalnya premi yang mahal, permasalahan rumitnya klaim, proses pembelian yang berbelit-belit, tak nyaman dengan gaya penawaran agen dan lain-lain.

Wajar saja menjamurnya industri perusahaan asuransi berkontribusi semakin maraknya geliat asuransi. Dunia yang makin kompetitif memacu perusahaan asuransi mengemas program bermanfaat yang terbaik bagi para konsumennya. Tentu saja tidak menafikan soal konsep dasar dari asuransi sendiri yakni membantu masyarakat dalam merancang dan menyiapkan hal-hal kejadian yang tak terprediksi di masa datang. Bukan melulu mencari untung tapi benar-benar dibutuhkan dan terbangun simbiosis mutualisme antara perusahaan asuransi dan para nasabahnya.

Lambat laun tingkat kesadaran masyarakat tentang perlu dan pentingnya berasuransi semakin terbangun. Pemahaman kebutuhan soal asuransi ini menjadi sebuah kebutuhan yang ‘wajib' dimiliki, semakin disadari. Baik itu menyangkut kebutuhan soal kesehatan, jiwa, pendidikan, kecelakaan dan lain-lain. Asuransi menjadi bagian program perencanaan untuk menunjang ‘beban' hidup di masa mendatang. "Siapa yang tahu akan jatuh sakit? Siapa yang tahu besok, lusa akan tertimpa musibah? Kecelakaan misalnya?"

Tak ada yang bisa memprediksi kejadian, kecuali Tuhan. Semua peristiwa yang tak terprediksi itu menjadi hal yang harus diwaspadai dan disiasati seandainya terjadi. Apalagi bagi mereka yang rentan dan beresiko mengalami hal-hal yang tak diinginkan itu, musibah dalam bekerja, perjalanan dan lain sebagainya. Dan salah satu strateginya adalah berasuransi. Jika kesadaran masyarakat soal asuransi ini sudah tinggi, menjadi kewajiban perusahaan asuransi untuk memberikan layanan yang terbaik. Gayung mestinya bersambut, "Kita butuh jaminan asuransi, perusahaan asuransi butuh nasabah, klop khan?" Tunggu apalagi?

Asuransi adalah Beban?

Asuransi adalah beban? Mungkin tak sedikit yang merasa demikian. Saya pikir saat memutuskan berasuransi maka kita akan dikenai tanggungjawab kewajiban yang mengikutinya. Bayar premi, pastinya. Dikejar-kejar agen saat telat belum bayar. Merasa kehilangan banyak waktu saat mengajukan klaim. Image asuransi ‘menguras energi' saat pengajuan klaim seakan menancap dalam di benak banyak orang. Tentu saja menjadi tugas asuransi untuk lebih berbenah diri, jika anggapan itu benar. Dan jika anggapan itu keliru, tentu menjadi tugasnya juga menjelaskan dengan baik dan benar. Tak menutup kemungkinan memang, dari sekian banyak asuransi ada yang professional dan mungkin pula tidak. Kuncinya adalah ‘getah' tidak menjalar kemana-mana, dan akhirnya tergeneralisasi. Ga enak banget khan?

Hal yang menjadi beben lainnya yang banyak menimpa nasabah terutama soal pikiran sendiri. Bahwa setelah mengikuti asuransi dan wajib membayar premi, terkadang merasa rugi menyetor premi karena tak pernah klaim, atau jarang klaim. Padahal justru dengan tak pernah klaim semestinya bersyukur bahwa nasabah tidak pernah tertimpa amsalah, musibah. Lalu buat apa ikut asuransi? Pikiran demikian akan menjadi beban tersendiri. Merasa terikat berkepanjangan dengan premi. Tentunya kembali ke dasar konsep asuransi bahwa asuransi untuk berjaga-jaga menghadapi hal-hal/ musibah yang tak terprediksi. Wajar mungkin ada klaim, mungkin juga tidak. Lalu adakah asuransi yang memiliki program untuk mengatasi beban pikiran semacam itu? Pertanyaan ini akan terjawab nanti.

Asuransi untuk Berjaga-jaga

Selaiknya pengawal, asuransi berfungsi menjaga kita dari masalah-masalah di kemudian hari. Misalnya saja masalah kesehatan ataupun soal keselamatan/ kecelakaan. Dua aspek itu menjadi poin populer yang biasanya dijaminkan pada perusahaan asuransi. Aspek rentan yang melingkupi kegiatan/ aktivitas sehari-hari. Kesehatan berkaitan dengan tubuh. Kapan kita sakit? Tak ada yang tahu. Kapan kita tertimpa kecelakaan? Tak ada yang tahu. Hidup rentan dengan musibah, seperti halnya masyarakat perkotaan. Saya ambil contoh aktivitas warga di Jabodetabek. Berapa besar tingkat kecelakaan lalu lintas yang mendera kawasan Ibukota?

Data dari Ditlantas Polda Metro Jaya menyebutkan bahwa pada 2014 rerata tingkat kecelakaan di Ibukota mencapai 9 kasus/ perhari. Terinci 9 % meninggal dunia, 18% luka berat dan sisanya luka ringan. Data itu mengingat warga yang masuk ke wilayah Jakarta dengan beragam moda transportasi, baik dari Depok, Bogor, Tangerang dan Bekais mencapai 1,3 juta per hari! Angka yang tidak kecil dan sangat rawan kecelakaan. Kecelakaan yang disebabkan banyak faktor lalu lintas seperti mengantuk, stress kemacetan maupun kelelahan.

Stres dan kelelahan bisa terjadi kapan saja, pada siapa saja dan tak terprediksi. Aryinya kapan saja bisa terjadi musibah yang tentu sifatnya mendadak dan tak diinginkan. Pembiayaan menjadi masalah jika kita tidak siap dengan dana tabungan. Tahu khan, biasanya biaya berobat itu mahal? Disinilah asuransi bermanfaat dan berfungsi menjaga nasabah berkaitan dengan biaya. Asuransi menjadi pengawal penjaga sewaktu-waktu dibutuhkan. Asuransi adalah berjaga-jaga. Asuransi memberikan solusi inovatif.

JAGADIRI, Menjaga Pelanggan agar Tak Terbebani

Berjaga-jaga dengan asuransi tentu saja untuk meringankan beban hidup keseharian kita. Bahwa ketika naas menimpa kita, maka hal-hal untuk mengatasi dan memulihkannya sudah tercover oleh jaminan yang bonafid. tidak malah membebani lagi dengan hal-hal teknis, elementer maupun hal lainnya. "Kebayang ga sih, saat terkena musibah, kita malah dipusingkan oleh rumitnya klaim asuransi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun