Pertimbangan karena beragam kemudahan penggunaan jasa transportasi massal, Commuter yang dioperasikan oleh KAI Commuter, menjadi pilihan moda transportasi prioritasku dalam menjangkau lokasi pekerjaan dan lokasi keperluanku lainnya di wilayah Jabodetabek.Â
"Permisi"
"Oh mau turun?"Â tanyaku.
Perempuan berperawakan sedang itu mengangguk sambil tersenyum, lalu berdiri tertatih dari bangkunya. Announcer mengumumkan bahwa Commuter sebentar lagi sampai Stasiun Cilebut.
Dia menggapai tongkat di sampingnya. Aku yang berdiri di hadapannya, memegang lengannya sambil menuntun ke arah pintu Commuter. Ada masalah dengan penglihatannya. Pintu terbuka. Aku turun duluan seraya menggamit lengannya.
"Mari kubantu," terdengar sebuah suara.
Suara seorang satpam stasiun. Nampaknya tadi dia melihat dan bergegas menyambut dari peron. Beberapa penumpang lain turun duluan. Akhirnya perempuan itu turun ke peron. Lalu kami menuntunnya meniti "guiding block" ke pintu keluar.
Perempuan itu sendirian. Â Dia bilang, pulang dari cek up ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo [RSCM} Kirana [Poli Mata] Â di Cikini, Jakarta.
Selepas tap out, aku minta ijin ke satpam, supaya aku saja yang menemaninya menunggu jemputan di pintu keluar stasiun. Hingga seorang pria menyongsongnya. Penjemputnya. Aku pun pamit, berlalu untuk melanjutan perjalanan ke stasiun berikutnya, stasiun akhir Bogor. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih sambil sebut nama, berkenalan.
Itu salah satu fragmen yang kuingat sampai saat ini. Tak sedikit fragmen menyentuh hati yang kualami saat menggunakan Commuter Line Jabodetabek.