Bagiku pribadi, makna secara hakiki, Ramadan adalah sebagai sarana  kultivasi secara spiritual. Makna dasarnya melatih diri.  Istilah kultivasi mungkin jarang kita temui dalam penggunaan kata sehari-hari.
Merujuk arti harfiah dari KBBI, kultivasi diartikan sebagai pengolahan lahan pertanian. Nah kalau kultivasi spiritual, aku maksudkan sebagai pengolahan lahan spiritual.
Kultivasi spiritual atau dalam pengertian umum adalah menempa diri secara jiwa dan raga. Aku memaknai seperti "laku" spiritual. Bermakna pensucian diri, dengan metode menjalankan puasa lahir dan batin di buan Ramadan.
Namanya juga "laku" jadi mensucikan diri jiwa dan raga, lahir batin untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lagi dan lagi. Suci seperti bayi. Seperti saat kita terlahir dengan membawa fitrah bersih suci.
Selama bulan Ramadan Khususnya, kita bisa melatih diri dengan puasa, menahan segala godaan duniawi, makan, minum, syahwat, emosi. Nantinya selepas bulan suci Ramadhan ini kita bisa menjadi  bersih dari dosa seperti bayi yang baru lahir.
 Kira-kira itu seh makna Ramadan bagiku terkait sebagai sarana kultivasi spiritual. Simple, tapi memang tak  mudah dijalani.
Puasa Ramadan, Mengasah Empati
Nah kaitan puasa sebagai sarana kultivasi spiritual ini, lebih spesifik bagiku adalah membentuk pribadi kita menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi orang lain. Mengasah rasa empati, kepedulian yang tinggi terhadap orang lain.
Bukankah menurut sabda Rasulullah, "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" [HR. Ahmad]
Kita lihat kalau berpuasa secara umum  itu artinya menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Lebih khusus,  puasa juga menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.
Yang membatalkan puasa seperti makan dan minum, melatih diri kita untuk merasakan bagaimana rasa lapar dan haus yang dirasakan oleh orang-orang yang kekurangan materi.