“Jika orang bilang, merokok adalah pintu masuk menuju narkoba, maka penyakit hipertensi adalah pintu masuk menuju penyakit berat lainnya yang bisa berujung pada maut.” (dr Lili Sriwahyuni Sulistyowati, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes RI)
HIPERTENSI. Penyakit yang dikenal dalam bahasa jawa bluedrek ini sudah dikenal dan populer dalam keseharian kita. Orang sering mengenalnya, sebagai penyakit orang yang suka marah-marah. Benar nggak sih? Ternyata untuk mengetahui orang terserang hipertensi atau bukan secara akurat adalah dengan cek rutin tekanan darah kita. Cek rutin menjadi perlu dan penting, agar dapat sejak dini diketahui apakah terkena hipertensi atau tidak. Tentu selanjutnya akan terkait dengan penanganan yang mesti dilakukan, termasuk juga mencegahnya. Kapan terakhir Anda cek tekanan darah?
Hipertensi Berbahayakah?
Hipertensi bahaya nggak sih? Sebagai sebuah penyakit, hipertensi wajib diwaspadai. Mengapa? Mari kita tengok data-data kesehatan menyangkut hipertensi ini. Data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa sebanyak 8 juta orang tewas setiap tahunnya oleh hipertensi. 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita hipertensi. Sementara itu 1 milyar orang di dunia menderita hipertensi, berdasarkan catatan World Health Organization (WHO) pada 2011.
Bagaimana di Indonesia?
Hipertensi di Indonesia menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia pada 2014 menyebutkan bahwa hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 pada semua umur. Sementara urutan pertama samapi empat adalah stroke, diikuti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan tuberculosis paru.
Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun sebesar 6,3%, umur 45-54 tahun sebesar 11,9%, umur 55-64 sebesar 17,2%. Sedangkan menurut status ekonominya, proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah bawah 27,2% dan tingkat menengah 25,9%.
Secara nasional, ada hal yang unik bahwa Provinsi Papua tercatat mempunyai Prevalensi Hipertensi Nasional terendah dibanding provinsi lainnya di Indonesia. Berdasarkan data Riskendas 2013, Papua prosentasenya 16, 8 %. Lalu provinsi tertinggi tingkat hipertensinya? Provinsi Bangka Belitung yang menempati urutan pertama, sebesar 30,9 %.
Hipertertensi, The Silent Killer
Hipertensi sang pembunuh diam-diam. Sebutan ini seiring dengan pengaruh hipertensi jika tidak ditangani dengan pengobatan yang baik. Apalagi sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari menderita hipertensi atau belum mendapatkan pengobatan. Padahal hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Riskendas 2013 menyebutkan bahwa dari 25,8% orang yang mengalami tekanan darah tinggi, hanya 1/3 yang terdiagnosis/ minum obat. Sisanya tidak terdiagnosis. Nah dari hipertensi yang tak tertangani dengan pengobatan inilah yang bisa menimbulkan penyakit lain yang lebih berat.