“ Jadi ada keterkaitan erat antara hipertensi dengan penyakit-penyakit mematikan tersebut,” kata dr. Subuh.
Tingkat kematian yang tinggi oleh hipertensi itulah yang membuat hipertensi dijuluki sebagai salah satu penyakit the silent killer. Orang sering tanpa keluhan, eh tau-tau ternyata telah mengidap hipertensi. Bagaikan sebuah pintu masuk, hipertensi bila tak ditangani akan membawa ke pintu masuk penyakit lain yang lebih berat. Dan tentunya membawa maut. Gejala penanganan dan kesadaran yang kurang dari individu dalam masyarakat ini yang membahayakan. WHO mengkhawatirkan bahwa prevalensi hipertensi akan menerus meningkat tajam di seluruh dunia. Diprediksi pada 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia akan terkena hipertensi. Ngeriii bukan?
Kapan tekanan darah dinyatakan hipertensi? Data dari Kemenkes RI, menyebutkan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan darah diastolic >90 mmHg. Menurut dr. Subur, standar nasional dari persatuan jantung Indonesia menyebutkan tekanan darah 120-129 mmHg adalah normal. 130-139 mmHg adalah normal tinggi, ini sudah warning. Tekanan derajat 1 adalah 140-159 mmHg, derajat 2 adalah 160 – 179 mmHg dan derajat 3, diatas 180 mmHg.
Hal senada dijelaskan dr Lili Sriwahyuni Sulistyowati selaku Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes RI di acara yang sama, bahwa gampangnya tensi normal bagi orang awam adalah 120/80 mmHg. Nah pengukur tekanan darah juga harus dilihat pada saat normal.
“Jangan habis ngejar angkot, naik tangga, atau aktivitas berat lainnya, ntar pasti tinggi dong,” katanya.
dr. Lili menganjurkan yang penting selalu rutin melakukan cek tekanan darah, agar dapat dipantau kondisi tensi. Hal ini untuk mencegah agar dapat dilakukan tindakan sedini mungkin.
“Jangan malu malu, sedia payung sebelum hujan,” sarannya.
Hipertensi berkaitan dengan gaya hidup yang tak seimbang. Kebiasaan tak menyehatkan baik itu dari pola makan, aktivitas kurang, kebiasaan buruk bisa menyebabkan hipertensi. Nah dari pola makan, bisa dilihat apakah gizi telah seimbang? Bagaimana konsumsi gula, garam dan lemak?
Menurut dr. Lili, pola makan harus diperhatikan. Apalagi kuliner di Indonesia enak-enak dan lezat. Misalnya makanan bersantan, makanan yang sering dipanasin dan lain sebagainya.