angin utara dingin menusuk rapuh tulang
delapan penjuru mata angin berkabung jelang
rembulan malam enggan berbagi purnama terang
terpekur akan hening waktu melanglang
pada insan sejoli berhati malang
merundung nisan
pada anak manusia berkalang dendam kebencian
tertawa kemaksiatan
terbahak sang penguasa kegelapan
atas bunga kamboja yang segera bertaburan
deru badai berhenti tercekat
terdiam tanpa sekat
dua sosok manusia sedang saling melaknat
nanar mata pencabut nyawa sang malaikat
pada onggokan tubuh bergulat
tanpa nafas di tubuh polos berbulat
meregang dalam desah ranjang penyaksi
atas rindu yang berujung pisau belati
pada kesumat dendam asmara yang mengiringi
kala hati tersayat ulah bejat lelaki
yang pernah mengisi ruang kasih suci
jauh disana di lubuk hati
lelaki itu tlah khianati
mengurai manis janji janji surgawi
yang tanamkan benih cinta birahi
yang campakkan janin sang buah hati
yang hempaskan nasib dalam terpaan caci maki
hingga pengkhianat divonis mati
detak nadi ... sepi
rindu dendam perempuan
perempuan tanggalkan keluguan
perempuan tlah pupus harapan
perempuan meraung dalam ketertawaan
dendam terpuaskan
hingga hilang ingatan
***
Jakarta 11 Februari 2014
Ganendra
Sumber Gambar Ilustrasi