Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Koma 8

21 Februari 2015   06:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:47 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14244500201743536131

***

terantuk kaki malam di ambang dini hari
telanjang purnama buaikan pandang atas tubuh lekat
langit menghitung awan-awan berparas gelap
dan angin sebarkan serbuk benih kelam peristiwa

engkau menitik tangis di sekujur kesedihan
dalam diam hati berayun bimbang
gerimis mengiris tak henti membujuk rayuan
untuk sang kelana pembawa nampan hujan

engkau berbicara di ujung waktu lalu
dan bertanya sampai kapan langkah tergelincir di ngarai hitam
tiada daya terjerembab dalam peluh-peluh nista nafas jelaga
sementara malam tak ijinkan terlewat tanpa sang tuan raja serigala

kelopak gulita akankah terbuka
diantara telanjang tubuh penyimpan derita
berharap bekal setitik nafas tuk menyapa sang surya
meski cahayanya tak pernah lagi menjadi miliknya

***
Jakarta - 20 Februari 2015
@rahabganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Puisi Terkait

Perempuan Koma 7
Perempuan Koma 6
Perempuan Koma 5
Perempuan Koma 4
Perempuan Koma 3
Perempuan Koma 2
Perempuan Koma 1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun