Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Perang

3 Februari 2015   06:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14228948761638152929

***

terik matahari meninggi di timur tengah
tak ada beda bagi burung burung bangkai gurun yang mengepak kekuasaan
lapar oleh ambisi yang entah siapa penciptanya
nafas-nafas kehilangan jiwa
binatang tlah naik menjelma menjadi seonggok kejam manusia

di tanah bumi kami berperang
di bawah kesombongan angkara kami berkalang tikai
anak anak bumi redup tanpa cahaya
perempuan terkoyak dirajam kesuciannya
semua tlah menjelma menjadi permainan saja

mungkin ada yang salah
atau?
tidak
tidak hanya mungkin
sudah pasti ada yang salah

ketika ketapel tak lagi membidik belalang kayu
senapan pembunuh tersandang di punggung bocah layu
dan benang kain tak lagi dirajut tangan perempuan ayu
berganti dengan belaian moncong asap mesiu

nyawa menjadi buruan
di tangan tangan belia dimadu kekerasan
di tangan tangan ibu bermahkota tanpa harapan
masihkah ada tanya di benak kita?
mengapa pilu meraja dan menyayat dera?

***
Jakarta - 2 Februari 2015
@rahabganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun