***
angin menyapu jelaga dataran kota
rona parasnya sendu berselimut getir rasa
bersaksi atas ulah polah anak manusia
menoreh darah daging sejak silam masa
detik berlalu susuri pintu pintu teranga
tongkat pencabut nyawa segera tiba
atas nasib sekian nafas usang lokalisasi tua
yang sekian lama kondang seAsia Tenggara
bisnis syahwat dolly
menghidupi nafas warga domisili
juga kawanan preman bertato dan berdasi
penginjak injak perempuan harga diri
peras keringat bak perah sapi
tanpa peduli hak asasi
sekian lama
meringkuk dibawah lembar uang kuasa
jejali anak dengan peluh nafsu lelaki durjana
lumuri jiwa bergelimang karma
yang tak pernah terimpikan benaknya
nasib, kapan akan terbeli?
hidup damai atas lurus rejeki
berdiri atas kaki kaki kokoh berdikari
berpeluh cucuran keringat atas mimpi mimpi
berhembuskan nafas semerbak mewangi
waktu adalah mimpi
menutup lembaran pintu nista hati
beriring rembulan yang tak lelah sinari
pada nurani yang bertekad janji
bertabur terang sang matahati
menguak indahnya pelangi
***
"Pada H-7 jelang deadline penutupan Dolly"
Jakarta 11 Juni 2014