pemuda lusuh menggiring asa gembalakan harapan menyisir belantara ibukota tiada bekal terbawa sekedar impian dan indah nyanyian surga yang menggoda hati bak perawan muda di desanya yang terenggut tekad terbuai jargon harta akan ego harga diri semata
pada kota metropolitan yang menua diantara bunga jalanan yang terhimpit keangkuhan manusia atas rayuan yang melenakan insan pendek pikir dan rasa berangan merengkuh langit mentari wibawa dan merindukan hangat rembulan jelita berselimut hiruk pikuk ibukota
mana ... dimana janji yang ditaburkan dulu masa dunia gemerlap indah dengan segala ada yang lebih manis daripada lumpur di sawah desa yang lebih indah dibanding hutan menggembala rajakaya yang menjanjikan timbang melarung ikan di samudera ternyata ... semua fatamorgana
impian dirampok angan mimpi berjuta harga diri dibarter palsu materi rasa tepiskan segenap turunan moral tatakrama tergerus kejam intrik kehidupan yang mendera oleh pergulatan rasa nafsu dunia
merundung mengais asa mengorek masa depan di ujung waktu masa masihkah tertinggal onggokan cita cita? adakah harapan itu terselip di awan mega? pada dia, pada kita pada kaum urban di ibukota
**** Jakarta - 5 Februari 2014 Ganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H