Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 201 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jalang (2)

24 Juni 2014   04:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:25 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14035331382136520143

***

derap waktu berderak
merajam akar akar resah yang berkerak
menyemak sesak
detik bergoyang
tabu di bait senja mencumbu malam menjelang
di sudut kota berparas belang jalang

kuncup tak sempat mekar berseri
aroma wangi redup sirna ditelan kelam hati
bersorak sang tanduk merah api
membakar menjilat nafsu dinding hati

tak berarak
senyap beranak pinak
senandung nina bobok lenyap tak terbisik
dian sayu dibelai gulita musim paceklik
tak ada pilihan
sekerat tubuh bergiliran

barangkali, aku memang tak suci
pembuluh darah tak lagi ber-sari
terlabel sampah manusiawi
rasa tlah berlarung pergi
bersama ruh ibu bapak yang mati
dirajam pisau pembela harga diri sang putri
dulu masa yang tlah berganti
saat mentari pagi tak sadarkan diri

*
derap waktu berderak
merajam akar akar resah yang berkerak
menyemak sesak

***

Jakarta 23 Juni 2014

@rahabganendra

Sumber Gambar ilustrasi

Baca juga = Jalang (1)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun