***
air kehidupan mengalir dari puncak keibuan
segarkan nafas di rengkuhan lengan nun kejauhan
basuh jiwanya dalam wangi aroma edelwise abadi
sejukkan hati oleh gulir air di dedauanan pucuk cemara
lembah
terpekur pada pagi yang kehilangan embun
gunung ngarai
hantarkan batu keringat angin bermaklumat badai
marah
tidaklah marah
hanya naga api yang terusik lelap tidur
kala hamparan hijau menjadi gersang lahan
kala hujan tak lagi bisa bercengkerama di rimbun dahan
kala satwa gerah kepanasan tiada lagi keteduhan
ulah tangan tangan rakus pengeksploitasi hutan gunung perawan
*
hujan tlah ditelan november kemarin
tapi dia akan setia datang
dan sajikan tarian dansa tiap tetesnya
di puncak gunung yang merah oleh api
dan di lembah dingin berwajah sunyi
kembalikan parasmu lagi
gunung hijau penyangga langit bumi
***
Jakarta - 11 Desember 2014
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H