Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Ribu Rasa

22 November 2014   05:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14165828681701559392

***

senja luruh bertandih gulita malam
riak air lautan bercengkerama pada ikan
bertanya, "kemana gerangan nelayan?"
batang dayung tak terlihat
sosok pompong tak nampak

konon ia ke kota
untuk apa?

kerbau kerbau petani desa
melenguh manja enggan bekerja
katanya,
"lama tak kugerakkan otot otot perkasa, mesin mesin bajak lebih dipercaya"

antara resah,
aku hanya jadi teman setia penggembala
bukan bekerja di becek sawah
bukan memangkul luku di leher tua
kulitku lama tak terpanggang matahari
kemana sang petani?

konon ia ke kota
untuk apa?

di kota
riuh membahana umpatan orasi di jalan raya
keringat keringat manusia mengalir hampa
"sedang berjuang," katanya
seperti puluhan tahun lampau

sementara
sorot keriput menunggu tungku menyala
di sisi perempuan baya yang menanti rejeki kepala rumah tangga
disana
di bangku tua
mata belia redup menahan rasa dalam tanya
"kok bapak tak kerja?"

***
Bogor - 21 November 2014
@rahabganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun