angin terkulai
menangisi hitam arang
daun-daun peneduh mengering
sesak menghimpit
larva menjerit
kemana aku berhembus membawa kesalahan?
bagaimana mesti memilih
tak punya pilihan
membuka mata tiap orang
yang mengerjap kepedihan
dan berpesankan
ada tangan hitam di punggung kabut
tertawa tak pernah diam
dibawah bayang pundi-pundi dewa dipuji
membeli nafas
menggadai nyawa
mentaruhkan takdir
nafsu-nafsu mengepul ber-asap
dan gelimpangan nasib bertulis merana
waktu cepatlah beranjak lalu
bawa angkara bersamamu
pada lipatan akhir tahun
di buku-buku kalender
lalu benamkan pahit cerita
yang tak lagi terkisahkan ulang
pada kesalahan
***
Jakarta 8 Oktober 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H