Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukan Puisi Sekarat

17 Mei 2014   03:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:27 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400247232912341287

***

saat dilahirkan, kita menangis duka
tawa terurai di sekeliling menyambut suka cita
hidup nafas jiwa
hingga nanti ketika kita mati tertawa
dan saat semua orang di sekitar kita menyulam senja
lewat gelap gulita

bait bait suara rasa
karam di sanubari berlagu asmara
pada bunga berhati irama
menimang rasa
menimbang percaya

aku tuliskan di cakrawala
kata kalimat tegas tanpa tanda tanya

aku nyanyikan selantang guntur berprahara
nada kasih yang senantiasa bergemuruh gelora

aku semayamkan rasa sedalam dalam makna
yang merajut tulus rasa sebenarnya tanpa khianat hina


hingga puisi kehidupan itu sekarat
diantara tarian lukisan keriput jemari bergurat gurat
dan papiruz tak lagi tumbuh berdaun urat
siapa yang akan menuliskannya lagi dalam gita gita serat?

*
saat dilahirkan, kita menangis duka
tawa terurai di sekeliling menyambut suka cita
hidup nafas jiwa
hingga nanti ketika kita mati tertawa

***

Jakarta - 16 Mei 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun