dia tunas sedang bersemi
mengikuti kemana arah angin pergi
senyumnya suci
tak kenal apa itu rasa benci
dia akrab dengan pagi yang membangunkan indah mimpi
lalu mengikuti geliat matahari
dia sebutir air belia
berilah sebuah bejana
dia akan patuh dan taat menjadi sepertinya
karena dia polos rupa
jujur apa adanya
di dunia yang berdongengkan cerita
tentang surga legenda
dia berlari semau hati
hanya ingin menyapa semesta yang tersembunyi
lalu menyampaikan impian mimpi
mencari-cari
dimana paras bidadari
yang tiap malam bersenandung di beranda rembulan penanti
dia putik berharga
di tengah lolongan anjing-anjing durjana
pada waktu yang terisak pendosa
hantarkan para pemangsa
setan berwujud manusia
dia belia
berkilau bak intan permata Â
namun tak berdaya
***
Jakarta – 22 Oktober 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H