kemarin letusan ... alirkan lahar hujan ... lahirkan bandang ... air bah liar angin ... topan badai ... halilintar kini gempa ... tanah berderak gempar panik ... pekik tangis lapar merintih ... terkapar
bertubi silih berganti buaian alam tak henti
tanpa sempat menghela nafas pengganti pekik derita saudara terdengar kembali dari pusat tanah pulau Jawa para priyayi hingga gelegarnya berdengung di pesisir bumi terobos gendang telinga bak halilintar di langit seisi
gempa tak bernama di sepanjang tanah raja raja mendera saudara dan kita semua akankah kembali tumpahkan airmata?
tangis yang belum kering oleh banjir melanda yang belum sirna dari abu gunung pedihkan rasa yang masih menagih karma perilaku anak manusia hingga jatuh bercucuran darah, harapan dan putus asa
alam kapan kamu rehat? hingga kami harus terus dilaknat apakah menunggu kami mohonkan taubat? yang tak kunjung sadari bencana sebagai sebab akibat
sementara sang raja punggawa bersuka khianat ingkari titipan amanat segenap rakyat derita pun tak kunjung dipercepat atas waktu yang memperlambat hingga letih batin tergurat
alam kapan kamu rehat?
* Jakarta - 25 Januari 2014
Sumber Gambar Ilustrasi