Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 201 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tangis Sinabung

2 Februari 2014   11:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:14 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13913160701911913398

***

pilu miris hati menatap awan gelap tanpa mentari dahulu parasmu selalu tersenyum berseri namun murka pedih kau lampiaskan kini hingga berjatuhan korban pengungsi saudara kami di tanah karo negeri

puncakmu sinabung letusanmu sambung menyambung muntahkan lahar dan kepulan asap membumbung derai tangis iringi pedih diantara abu gunung ratapan korban pilu perih berkabung

pada lahar deras yang kau tumpahkan simbol gumpalan menahun sebuah kekecewaan pada awan panasmu yang memanggang alam kehidupan gundahmu akan terpuruknya tulus kecintaan pada bumi dengan gempa kau goyangkan murkamu atas tingkah polah manusia peradaban

jika bencana adalah jalan dikehendakkan atas sebuah sinyal alam peringatan pada pembayaran karma dosa perbuatan yang sirna rasa perilaku tiada kesadaran kami mohon ampunan untuk perbaikan akan kesalahan

doa doa khusyu terpanjatkan akan asa cahaya dalam kegelapan atas prinsip keyakinan pada titik harapan pada kesadaran dari kelalaian yang mungkin sudah terlupakan

* ‘Duka untuk Korban Sinabung'

Jakarta - 2 Februari 2014 Ganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun