By : Ganendra (79)
Adam sedang mengumpulkan kelerengnya ke dalam kantong di teras rumah, saat Mamanya menghampiri. Mama tidak sendiri tapi menggandeng adiknya, Lolita yang masih berusia 4 tahun. Adiknya itu sedang menangis sesenggukkan. Tangan kecilnya memegangi ujung kaos bergambar Hello Kitty yang dikenakannya. Airmata membasahi raut wajah mungil dan manis anak yang masih bersekolah di Playgroup itu.
“Adam, Lolita menangis katanya kamu marahin yaa, kenapa Nak,” Tanya Mama lembut, sementara Lolita beringsut di belakang tubuhnya. Takut nampaknya dilihat Adam kakaknya yang duduk di bangku sekolah dasar kelas III itu.
“Abisnya sebel, adik ngacak-acak kelereng punya Adam. Udah getuu dibuang-buang lagi ke halaman, masuk got. Jadinya hilang. Mama khan tahu Adam ngumpulin kelereng itu sejak lama dari uang jajan Adam,’ jawab Adam masih dengan ekspresi muka cemberut.
“Ooo begitu, adik khan masih kecil Nak, jadi Adam harus maafin yaa. Adik belum paham,” kata Mama pada anak sulungnya yang berumur 8 tahun itu.
“Aahh Mama belain adik terus, kalau udah salah, minta maaf aja. Sebal deh,” jawab Adam masih cemberut.
“Sayang memberi maaf khan baik, adik juga belum paham kalau tindakan itu salah, jadi Adam harus mengerti dan ajarin adik, supaya lain kali tidak ganggu Adam lagi yaa,” sahut Mamanya dengan sabar.
“Capeek ngajarin adik Ma, kelereng Adam banyak ilang. Harus ngumpulin lagi,” kata Adam.
Nampaknya Adam masih sebal sama adiknya, Lolita yang menyebabkan kelerengnya banyak yang hilang. Kelereng warna warni yang dikoleksinya sejak lama. Ada warna putih polos, biru, merah, bahkan hitam. Ada juga yang berwarna warni indah sekali. Adam menyukai kelereng sejak pertama kali dibelikan ayahnya. Kelerengitu disimpan dalam kantong-kantong kain kecil. Tiap kantong berisi sekitar 5 buah kelereng. Hampir setiap sore Adam bermain kelereng dengan teman-temannya di halaman rumah. Mamanya jadi senang karena bisa mengawasi Adam setiap hari.
“Adam, bagaimana kalau Mama, ganti kelereng-kelereng yang hilang itu?” kata Mama Ana.
“Hah! Beneran Ma? Mauu banget,” jawab Adam riang.
“Tapii, ada tapinya lhooo. Ada syaratnya,” kata Mamanya lagi
“Apa Ma syaratnya?” sahut Adam tak sabar.
“Syaratnya, Mama akan kasih Adam kantong kelereng, tapi Adam harus menuliskan setiap hal yang membuat Adam kesal pada adik, Mama atau Papa di kertas, lalu kertasnya masukkan ke dalam satu kantong kelereng,” jawab Mama.
“Ooo getu, aah gampang Ma, Adam mau,” jawab Adam dengan gembira.
“Setiap Adam menuliskan rasa kesal itu, Mama akan kasih satu kantong kelereng. Dan kantong-kantong kelereng itu harus Adam bawa kemana-mana. Ke sekolah, bermain, nonton TV dan lain-lain. Gimana sanggup?”
“Aaah kueeecil Maa, Adam siaapp,” sahut Adam riang.
“Oke, Setuju. Mulai besok yaa” kata Mama sambil tangannya mengayun ke udara melakukan ‘tos’ dengan Adam.
Begitulah, Malam harinya Adam mulai menuliskan ‘catatan sebal’ ke secarik kertas. Mulai dari rasa sebel karena Lolita menghilangkan kelerengnya, rengekan adiknya yang minta channel TV diganti saat dia nonton sepakbola, Mamanya yang memarahinya saat dirinya demam gara-gara hujan-hujanan, Papanya yang menegurnya karena mengolok-olok Lolita yang ngompol hingga menangis dan lain-lain. Ternyata banyak sekali rasa sebal yang berhasil dituliskannya. Adam menghitung-hitungnya. Ada enam ‘catatan sebal,’ berarti enam kantong kelereng akan diperolehnya.
“Wah besok dapat kelereng banyak neh dari Mama,” gumam Adam. Dia pun tertidur sembari tersenyum tanpa melepaskan lembaran kertas di genggaman tangannya.
*
Keesokan harinya, Adam bergegas memberitahu Mamanya saat sarapan, soal kertas ‘sebal’ yang telah ditulisnya. Mamanya berjanji akan memberikannya selepas pulang sekolah, karena Mama harus membeli dulu.
Di sekolah Adam gelisah, ingin segera pulang menagih janji Mamanya. Waktu terasa lama berlalu. Hingga kemudian lonceng bubaran sekolah berbunyi. Adam bergegas memacu sepeda mini kesayangannya pulang.
“Maaaa, Mamaaa,” panggil Adam agak ngos-ngosan sesaat tiba di rumah.
“Yaaa Nak, Mama di dapur!” sahut Mamanya setengah berteriak.
“Mana kelerengnyaaaaaa, aku dah kumpulin catatan sebalnya,” kata Adam menagih janji sambil menyodorkan kertasnya. Mamanya menghitung jumlah lembaran itu.
“Oooo ada enam catatan yaaa, berarti Mama harus kasih Adam enam kantong juga. Mamaambilkan dulu yaa,” kata Mamanya lalu berjalan menuju kamarnya.
Sesaat kemudian Mama menyerahkan enam kantong kelereng pada Adam. Enam ‘catatan sebal’ telah dimasukkan ke dalam masing-masing kantong.
Adam senang bukan kepalang, ternyata mudah mendapatkan kelereng. Segera dia menuliskan lagi ‘catatan sebal.’ Mamanya hanya geleng-geleng kepala.
“Ingat yaa Adam, kamu harus bawa kantong-kantong itu kemanapun kamu pergi,” kata Mama.
“Siaap Ma, khan kemarin Adam sudah janji,” jawab Adam.
Begitulah, hari-hari belakangan ini Adam sibuk membuat ‘catatan sebal.’ Sebal karena Mama lupa hari ulang tahunnya, sebal karena Papa tidak membacakan dongeng padahal sudah berjanji padanya, sebal karena Lolita menumpahkan air ke buku sekolahnya dan masih banyak lagi. Seiring dengan itu koleksi kantong kelerengnya makin banyak. Tas ransel miliknya sudah lebih separuh terisi. Dia membawa ransel itu kemana-mana. Ke sekolah, main ke tempat teman, bermain sepeda di lapangan, bermain layangan. Kemana saja dia pergi.
*
Hingga pada suatu hari, selepas pulang sekolah.
“Maaaa, aduh tasnya makin berat Maa, kantong kelerengku sudah banyak. Adam capek bawanya,” kata Adam mengeluh pada Mamanya di dapur.
“Capeek yaaa, kasihan anak ganteng Mama,” sahut Mama sambil tersenyum.
“Aaaahhh Mama ngledek aja, udah aah, Adam tak mau lagi membuat ‘catatan sebal’ itu. Adam gak mau ngingat-ingat lagi sebal-sebal itu. Adam jadi sedih kalau mengingatnya,” kata Adam lirih.
“Aduh anak Mama pintar sekarang. Nah Adam sudah tahu khan, kalau sebal itu tidak boleh diinget-inget. Lebih baik maafkan kesalahan orang lain. Rasa sebal tidak usah disimpan karena bikin hati kita semakin berat, sedih dan menderita. Setiap orang bisa melakukan kesalahan, dan setiap melakukan kesalahan, seharusnya meminta maaf. Memberi maaf adalah tindakan terpuji. Adam ngerti khan?” kata Mama sambil memeluk Adam penuh kasih sayang.
“Iya Maa, Adam tak mau sebal lagi. Adam akan memaafkan adik, Mama, dan Papa. Maafkan Adam Maaa,” sahut Adam sambil memeluk erat Mamanya.
“Iya Nak, sama-sama yaa, maafkan Mama juga kalau telah bikin sebal,” sahut Mamanya bahagia.
Mama sangat senang, Adam telah belajar soal maaf memaafkan. Mama berharap Adam bisa menjadi orang yang baik, pemaaf dan membantu sesama. Tak terasa sudut mata Mama meneteskan airmata. Airmata kebahagiaan persembahan Adam, buah hatinya.
Salam berbudi pekerti.
Sumber foto: http://images.fineartamerica.com/images-medium-large/colorful-marbles-carlos-caetano.jpg
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community :Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Event Festival Fiksi Anak. Silahkan bergabung di FBFiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H