***
selamat malam langit
aku menatapmu di ribuan tahun cahaya
antara molek purnama dan bulan sabit
parasmu tak pernah luput dari pandang sirna
aku yang telentang dibawah bintangmu
sejak terbit mentari yang mengiris laju waktu
diantara kaki-kaki pengais nafas gembala siang
dan geraman badai kemarau menggantang
aku yang terpaksa tak lelah
menatap gedung-gedung yang resah gundah
dimangsa konspirasi menggerogoti tiang-tiang lapuk
gelisah diantara tawa yang mati rasa peduli
aku yang berdiri bersandar tiang suntuk
diantara angin-angin badai terpuruk
mengecap pahit dan manis pelangi yang tak teraih
dan bercumbu di lautan manusia durja berbuih
namun biarkan aku tetap alang-alang
bersama tandus menyanyikan lagu-lagu padang
yang menanti berkah dari peri hujan
dan siap menantang segala badai yang datang
***
Jakarta - 11 Maret 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H