***
haruskah kusayat putus nadi?
ataukah telan pil pemantik rasa mati
agar dirimu sudahi
meragu akan kasih cinta suci
rembulan jadi penyaksi
angin malam jadi bingkai abadi
tetes airmata hujan menjadi penyejuk hati
simbol cinta berakar tulus nurani
padamu sang bidadari
penghuni relung sanubari
kasihku bergelora tanpa henti
warnai nafas terhembuskan tiap senti
laksana edelweis sang sekar abadi
mekar semerbak mewangi
bertahta di gunung gunung cinta misteri
gelora cintaku tulus sejati
tumbuh murni atas cawan cawan dewata surgawi
laksana bintang menuntun sampan temukan jalan di lautan tepi
atau terang mercusuar memandu nahkoda selamatkan diri
takkan pernah henti meski ombak laut akan mati
khan kujunjung hormat dirimu jelita putri
bukan dengan sanjung pepesan kosong puja puji
laksana bualan dari mulut manis para politisi
kerana demi sang putri
aku mencintai setulus jiwa hati
sebesar cinta dari sang dewa mentari
yang berbagi malam pada rembulan penyaksi
***
Jakarta - 15 Februari 2014
Ganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H