***
senyum palsu diantara lentera kota mengusap asap mesin tua
terpekur bersandar tubuh ramping besi berkarat di tepi jalan raya
yang membasuh gelap gulita dengan cahaya binar seadanya
terangi debu debu aspal di temaram malam tinggalkan senja
setia temani berlalunya waktu
bersolek bak bunga bunga mekar bergincu
berpelipur lara impikan indah mawar bagai pengantin dulu
berburu rejeki di temaram taman lelaki semu
mengecap segala rasa asam manis kehidupan
gelora asa tertanam dalam semayam genggaman
meski bahagia terhitung tiada sepuluh jari tangan
tiada jemu menanti buah dari pohon harapan
bukan dari sang pangeran banci pemilik malam
bukan dari penguasa lembar uang jahanam
bukan dari nafas nafas api pemuja nafsu jalang
dan bukan dari mulut pejanji berhidung belang
berharap hanyalah satu
lentera kota menaungi selalu
dengan redup cahaya menyayat waktu
lelapkan tubuh rapuh berpeluh rasa pilu
seperti kala yang telah lalu
***
Jakarta - 13 September 2014
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca Juga = Malam Bergincu 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H