***
kabut datang menuai tangis hujan
mencumbu awan resah berjubah kebesaran
bertabur pekat wajah berpeluh keringat penghidupan
pada paras bersahaja berselimut teduh mentari kehangatan
seonggok nafas kau iringkan langkah di takdir tangga berliku
benamkan segala sesal dan salah yang terkubur membatu
bagai batang kering yang pasrah jatuh di musim gugur menjemput salju
berucap salam tinggal pada tangkai rapuh bertangis pilu
anak anakku
di pinggiran kasta debu
ketika jiwa meranggas di dinding kalbu
meniti waktu di sabana kering dan berbatu
bermimpi berkah hujan dalam setiap tetes bisu
apa daya air mata dewa
berlentera redup terjaga
berharap kasih berkandung cahaya
hingga rentang tertulis masa
anak anakku
segeralah berlalu
bangun dan buka mata dewamu
yang sejuk bak mata air gunung semeru
hanyutkan tubuh kabut kabut itu
dan berikan jalan pada setiap terang waktu
bagi jiwa jiwa lelah dan redup nurani kalbu
jaga setiap tapak langkahmu
ukir jejak berwarisan hidup bijak ilmu
raih mimpi mimpi seindah pelangi biru
di bayang kelam negeri yang kian tak menentu
***
Jakarta 12 September 2014
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi