Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terbenam 2

4 Februari 2015   05:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422978485282189566

***

senja berbisik pada petang," kenapa kau muram?"
sementara terik tlah selesai menghitung angka-angka waktu
dan bergegas menjauh pulang

petang terdiam
lamat-lamat redup sinarnya menatap kaki-kaki malam yang menghampiri
"ah aku masih inginkan matahari"
kata hatinya menorehkan bayang sepenggal peristiwa
cinta yang berdebu
tak tersentuh

dia terbenam untuk sang dewi purnama
kekasih sepanjang abadi yang tak pernah ditakdirkan bersua
terang
lalu gelap
kasih terasa namun tiada
mengapa dibalik indah selalu nyeri ada?

aah
senja tergesa tinggalkan debu-debu matahari
cahayanya perlahan terbenam
petang bergegas menghilang
dan malam masyuk dengan dunianya
gelap

***

Jakarta - 3 Februari 2015
@rahabganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Baca juga: Terbenam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun