Duh pusingnya mikirin utang! Mau bayar nggak punya duit. Nggak bayar diudak-udak sampai ngejerit-jerit...(bisa sampai terkaing-kaing kayak anjing... bisa terkencing-kencing sampai pipis garing). Jaman begini mau nanya: siapa sih yg nggak kena utang??? Negara mana yg nggak ngutang? Raja mana yg nggak ngutang? Konglomerat mana yg nggak ngutang? Mungkin hanya (maaf) kutang yg nggak punya utang!!!
Sejatinya kita semua pengin bayar cash, lunas, beres! Tapi iklan komersial mendorong kita beli barang yg belum tersedia dana untuk beli tunai. Pertumbuhan ekonomi dunia butuh konsumen yg boros dan demen ngutang supaya statistik ekonomi menarik. Akibatnya kita ambil kredit. Utang mulai melilit. Setiap bangun pagi di pelupuk mata datang menyapa: utang oh utang, good morning, I love you full. Negarapun berujar: Bersama kita bisa ngutang.
Lebih mantap lagi sekalian koleksi kartu kredit, dijamin deh pengejaran dan pemerasan sudah menunggu saatnya tiba di hari kemudian. Kartu Kredit: dimana setiap gesekan adalah tiket masuk lahan pengejaran dan pemerasan bunga-berbunga, berdenda-berdenda, berpenalti-kanan-kiri oke. Huh, Ini pengalaman pribadi saya era 90an. Kapok! Kapok! Kapok!
Bagaimana kalo saya yg ngasih utang kepada orang lain? Waktu nagih dan sipenghutang nggak siap bisa galakan dia kan? ditagih malah galak!!! koq begitu? habis dari sononya udah lumrah kalo ngutang penginnya nggak usah ditagih. Jangan ditagih deh nanti juga bayar, katanya dari sorot matanya yg garang full teguran.
Maka berbahagialah orang-orang yg sekarang tidak punya utang. Berbahagialah yg sudah bayar utang. Berbahagialah yg ngutangi. Berbahagialah yg mati tanpa meninggalkan utang. Dan di nisannya boleh ditulis dg huruf besar-besar: "Telah Meninggal Dunia Dg Tenang, Tanpa Utang Tau!!!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H