Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Singapore Kecam Media GOLKAR The Jakarta Globe Dalam Skandal Dr Susan Lim

1 Juni 2011   18:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:58 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_111555" align="aligncenter" width="571" caption="dr susan lim on the cover of Prestige Magazine "][/caption] Satu hari jelang sidang lanjutan Dr Susan Lim terbit tulisan PN Balji di The Jakarta Globe. Media yang dipimpin tokoh Golkar Theo L Sambuaga menyerang sistem pengadilan Singapore yang dinilai bias dan terjerumus benturan kepentingan (conflic of interest). Menunjuk Pengadilan Kode Etik terkait kasus mark up oleh Dr Susan Lim kepada pasien kanker payudara dari Kesultanan Brunei hingga medical bill mencapai S$40 juta. Celakanya The Jakarta Globe hanya mengidentifikasi PN Balji sebagai bekas jurnalis The Straits Times. Tanpa menyebut posisi pentingnya sebagai konsultan PubLic Relation bagi Dr Susan Lim. Sehingga timbul kesan PN Balji mengelabui pembaca, demikian pula The Jakarta Globe. Tambah pula di dalam media tersebut duduk pengurus bernama James Riady, boss Lippo Group yang terkait Gleneagles Hospital Singapore di mana Dr Susan Lim buka klinik. 31-Mei-2011 kemarin The Attorney-General's Chambers (AGC) dan media Singapore bereaksi keras atas ulah tidak sportif The Jakarta Globe dan PN Balji. Kasus Dr Susan Lim,  beberapa kali dimuat di Kompasiana dan menjadi perhatian di Singapore, sbb: - Pemerasan $26 Juta Dr Susan Lim Kepada Pasien Kanker Payudara - Skandal Dr Susan Lim, Brunei Hendak Stop Berobat Ke Singapore - Dr Susan Lim Kembalikan $14 Juta Kepada Pasien Kanker Payudara Brunei? - Skandal Dr Susan Lim Meluas Ke Hubungan Politik Singapore-Brunei - Review Singaporean Dr Susan Lim's Mark Up Case - Singapore Medical: Strong Warning To All Patients ::: Kembali ke artikel The Jakarta Globe. Berjudul "Surgeon’s Case Casts Doubt on Singapore’s Legal System" oleh PN Balji pada 25-Mei-2011, hanya satu hari jelang sidang lanjutan di High Court Singapore. Tanggal 26-mei-2001 adalah jadwal Dr Susan Lim hadir di pengadilan itu untuk mendengar putusan atas permintaannya agar Singapore Medical Council (SMC) menghentikan sidang kode etik. Itu adalah  babak kedua dengan 94 buah daftar kesalahan Dr Susan Lim ketika merawat Pengiran Anak Hajah Damit, adik ipar Sulan Hassanal Bolkiah. Tulisan PN Balji yang menyembunyikan peranannya sebagai konsultan Dr Susan Lim jelas-jelas  mempertanyakan kredibilitas SMC. Sayangnya argumen yang diajukan PN Balji hanya asumsi pribadi Dr Susan Lim yang bertentangan dengan fakta terungkap di persidangan. Sejak kasus Dr Susan Lim bergulir fakta-fakta banyak terungkap. Terutama masalah mark up biaya medis dari Tim Dokter dikantrol hingga ratusan kali lipat. Sejauh ini Dr Susan Lim dan 5 dokter dalam tim yang membelanya berdalih bahwa tidak ada aturan batas maksimum biaya medis. Namun publik Singapore dan Asia Pasifik yang memantau kasus tsb tidak habis pikir. Bagaimana mungkin pasien kanker payudara meninggal dunia namun biaya medis total S$40juta dari tahun 2004-2007. Ratusan milyar Rupiah! Belum termasuk biaya 2001-2003. Itupun baru biaya medis untuk doctor fee, di luar biaya rumah sakit, dll. Pada umumnya publik Singapore mencap Dr Susan Lim berkelakuan rakus (greedy) dan faktor memalukan (embarresment) bagi Singapore yang unggul dalam bisnis Medical Tourism dengan target satu juta pasien asing per tahun pada 2013. Merespon artikel The Jakarta Globe yang diperalat Dr Susan Lim untuk membela diri melalui tweeter-nya, melalui Singapore Law Watch dan The Business Times (BT), Kejaksaan Agung (A-G Chambers) merilis pernyataan remsi bertajuk "A-G Chambers disagrees with article on Susan Lim case" pada 31-mei-2011. Poin-poin penting dikutip sbb: ::: When asked for its comments on Mr Balji's article, the AGC told The Business Times: 'We disagree with the views of the author. The judgment of Justice Pillai speaks for itself and he has found that all the allegations made by Dr Susan Lim were of no merit.' The article was published on May 25, a day before the High Court judgment on Dr Lim's applications for quashing and prohibition orders - on the SMC's attempt to investigate claims that Dr Lim had overcharged her wealthy Bruneian patient - was delivered. Justice Philip Pillai, in that judgment, dismissed Dr Lim's applications and her claims that the council was biased, irrational and illegal in its treatment of her. .... 'As Justice Pillai had found, there was no basis for Dr Susan Lim's allegation that the amendments were targeted at her case. This is consistent with the position which these Chambers had adopted throughout the hearing.' .... Mr Balji's article, headlined 'Surgeon's Case Casts Doubt on Singapore's Legal System', came to the Singapore public's attention when it was tweeted by Dr Lim on the day the judgment was delivered. Mr Balji was formerly editor of The New Paper, and editor-in-chief of Today. He also served in an editorial capacity in The Straits Times. He is currently director of the Asia Journalism Fellowship, a joint initiative between Temasek Foundation and Nanyang Technological University. He did not respond to calls BT made to him yesterday. ::: Jawaban tersebut demi menyangkal tudingan The Jakarta Globe 25-may-2011 by PN Balji. Penulis yang tidak mau menyebut posisinya sebagai konsultan PR bagi Dr Susan Lim. Beberepa tudingan penting, perhatikan kutipan sbb: ::: Whichever way the verdict — expected on Wednesday — goes in the case against surgeon Susan Lim, a seemingly straightforward case of a private fee agreement in the city-state has thrown open serious issues of conflict of interest, prejudging by a medical tribunal against a doctor and re-writing rules midway through the disciplinary inquiry process. ... All of this has made the case embarrassing for the government, which has already come under attack for a series of missteps that turned into hot-button issues during the recent general elections. PN Balji is former deputy editor of the Straits Times. ::: Tak pelak perseteruan The Jakarta Globe-PN Balji versus Otoritas Pengadilan dan Media Singapore dilansir banyak pihak, antara lain: The Staits Times, AsiaOne , TodayOnline,  BruneiTimes. Sudah pula diketahui bahwa Pengadilan Tinggi Singapore pada 26-Mei-2011 melalui Hakim  Philip Pillai memutuskan menolak permintaan Dr Susan Lim untuk menghentikan Sidang Kode Etik oleh Singapore Medical Council (SMC). Dengan demikian maka sang dokter masih punya satu kesempatan hearing sebelum SMC melanjutkan perkara. Dalam hal ini nyaris pasti Dr Susan Lim akan terhukum dicabut ijin praktek dokter dan atau denda uang. Nampaknya perkara Dr Susan Lim akan berjalan alot. Melaui pesan tweeternya dia dikenal berbelit-belit. Suka mencampuradukan urusan private dengan hukum. Suka menuntut keadilan bagi dirinya. Namun lupa keadilan bagi pasien yang tewas dan dikuras uangnya dalam jumlah luar biasa besar. "She, the doctor, always claims justice for her own, but forget justice for her patients". Paling ganjil dari tudingan PN Balji adalah korelasi hasil General Election (Pemilihan Umum) Singapore tanggal 07-Mei-2011 dengan perkara Dr Susan Lim. Bahwa benar partai berkuasa PAP anjlok hingga cuma meraih dukungan 60%, terburuk dalam sejarah kepemimpinan Lee Kuan Yew. Kekecewaan publik berkisar : biaya hidup tinggi, gaji mentri 4x lipat gaji Presiden Amerika, sulit perumahan, banjir tenaga kerja asing. Maka menghubungkan kasus dokter dengan General Election tidak hanya ngawur, tapi mengada-ada, bahkan memalukan. Mari tunggu: Apakah The Jakarta Globe bin Golkar (partai Golongan Karya) mau belajar sportif dan tidak gegabah mempermasalahkan perkara yang tidak diketahuinya secara utuh. Apa pula maunya membela sosok dokter yang jelas melakukan mark up begitu dahsyat kepada pasiennya tanpa pernah ada kata sesal? Apa pura-pura tidak tahu berapa banyak pasien Indonesia yang jadi korban kerakusan dokter-dokter private Singapore dalam mengenakan biaya medis setinggi langit demi memperkaya diri si dokter. *** by Ragile 02-jun-2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun