Sahabat apa pentinganya sih? Bukankah dalam politik tidak ada sahabat sejati, yang ada kepentingan abadi. Tapi tanpa sahabat tidak ada tempat mencurahkan hati. Bahkan tak ada cermin untuk perbaiki diri. Bermacam teori tentang persahabatan. Sesuai ilmu, selera dan hasrat masing-masing. Walau kenyataanya lebih karena kepentingan masing-masing yang tersembunyi. Terus apa salahnya bersahabat dengan hadirnya kepentingan?
Jelas dong tak ada salahnya bersahabat misalnya punya kepentingan untuk menimba ilmu, bergaul dengan orang pendidikan, memperoleh informasi akurat dari sumber terpercaya, dll dll. Why not? Dalam kepentingan bersahabat nyaris pasti melahirkan ironi dan paradok. Maksudnya? Sahabat menjadikan kita meraih puncak prestasi pada suatu saat. Dan di lain waktu sahabat pula yang paling berpeluang berkhianat. Kenapa? Karena kita tidak sampai hati curiga bahwa sahabat kita berubah watak. Ketika kita sadar semua sudah terlambat.
Bagi orang yang pernah jatuh bangun berkali-kali seperti saya, sungguh sangat ngelotok dengan prilaku sahabat. Banjir teman dan “add teman” ketika kita jaya. Begitu ewes-ewes tinggal 20% mungkin yang tersisa, merekalah sahabat sejati. Bahkan mereka menawarkan diri menolong meski saya menahan diri untuk tidak merepotkan orang lain. Syukur-syukur jika kita terbiasa menolong sahabat yang sedang terjepit, tak kan pernah rugi dunia akhirat.
Di dunia maya ini persahabatan mungkin lebih rentan dan lebih rapuh karena sebelum dan sesudah ketemu muka bisa berubah nuansa persahabatannya. Ketika karakter asli saling tukar informasi, maka bisa makin dekat atau menarik diri dengan santun. Terbukti banyak teman mengeluh dengan persahabatan dunia maya yang terlanjur dianggap sempurna hanya lewat kata-kata di layar kaca, atau sihir aksara. Ya, sihir aksara yang sering diapakai penggemar pertemanan tanpa batas tapi minus pendirian dan takut ambil resiko menyatakan mana yang benar mana yang tidak benar. Dengan kata lain kebenaran harus dikorbankan demi persahabatan. Sebuah persahabatan yang dijalin dengan apik dan langgeng, dan dengan kepura-puraan yang disempurnakan.
Setahu saya sahabat sejati selalu hadir dalam suka dan duka. Sedangkan sahabat musiman hanya hadir ketika musim panen di dalam genggaman tangan kita. Jadi jangan harap sahabat musiman hadir ketika kita mengalami masa paceklik. Mereka pasti kabur, menjauh, bahkan pura-pura tak pernah dekat dengan kita. Nanti kembali lagi kalau kita sudah panen lagi. Persis anggota parpol pada umunya. Sahabat di sini bisa berarti keluarga sendiri maupun orang lain yang tak ada hubungan darah.
Ternyata tidak terlalu sulit meneliti beda ciri sahabat sejati dengan sahabat musiman: Pada waktu kita paceklik dan kejepit ke manakah mereka? Gampang ‘kan… Yup, bersyukurlah jika punya sahabat yang mau memuji dan beri kritik kepada kita. Dan waspadalah kepada sahabat yang hanya gemar memuji. Pujiannya dan kehadirannya akan sirna ketika kita kehilangan masa jaya.
****
Salam sahabat dan salam tuljaenak,
RAGILE 23-nov-2010
*
*Artikel ini saya buat untuk menjawab pertanyaan banyak kawan, sekaligus sharing agar pengalaman buruk yang saya alami tidak terjadi kepada kawan-kawan, dengan sepenggal peringatan berdasrkan pengalaman.