Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penggelembungan Citra:Menerbangkan SBY Ke Atas Awan (bag #1)

15 Mei 2009   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:09 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SBY dan Partai Demokrat bisa fenomenal begini tak lepas dari kerja image building yg wajar maupun yg keterlaluan. Menanjak sejak Pemilu 2004 melalui iklan di TV sbg pejabat negara untuk "fore play". Dilanjutkan dg eksploitasi sbg figur yg dizalimi oleh Taufik Kiemas. Lalu memanfaatkan Metro TV dan Lembaga Survey Indonesia melalui segmen acara dialog politik. Puncaknya dg mendayagunakan Quick Count yg misterius & penuh akal-akalan yg tidak dipahami dampaknya oleh orang yg awam high tech & awam psikologi massa.

Pemilu 2009 menggebrak dg mengangkat isu program populis BLT. Dibantu Iklan cerdik & terselubung oleh TV One. Dan yg keterlaluan banget adalah intervensi Amerika & majalah Time hingga dinobatkan jadi 100 Pemimpin Paling Berpengaruh pada urutan ke 9.

Break dulu sebentar, kawan. Saya sejak awal 1990 adalah pengagum Bapak SBY yg saya tahu dia tergolong militer-intelektual-visioner yg beda dari tokoh militer kuat lainnya pada waktu itu, seperti Bapak Wiranto yg militer prof-murni dan Bapak Prabowo S yg muda-brillian tapi pernah dicap prajurit ber "topi miring ke kanan" oleh Bapak Edi Sudrajat karena kedekatannya dg tokoh-tokoh Islam garis keras.

Saya sudah curiga pd pemilu legislatif 2004, LSI dan pengenalan Quick Count (oleh LSI+Metro TV yg pro SBY) diwarnai akal-akalan yg misterius, cerdik tapi tidak melanggar hukum. Rival-rival Demokrat & SBY belum siap bahkan menurut saya mereka nervous & panik. Merasa ada yg tidak beres, tapi apanya yach...?

Ingat, waktu itu banyak wilayah (misalnya Sumatra Barat) yg menunda dan atau memperpanjang hari pelaksanaan Pemilu. KPU baru mulai bekerja, Quick Count sudah diumumkan pagi-pagi. Golkar juara, Demokrat & PKS melejit dg 7%. lalu diexploitasi secara besar-besaran oleh Metro TV. Dampaknya adalah pemilih yg belum nyoblos pd saat itu terbawa arus utk kemudian nyoblos "partai-partai pemenang" mainannya LSI. Ini pemanfaatan psikologi massa yg cerdik. Orang awan hanya suka gabung dg yg ngetop dan yg menang. PDIP & PAN, sbg pesaing serius SBY, kian terjerembab diganti oleh Golkar & PKS.

Bagaimana Quick Count bisa diakali? Mudah saja bukan? Cari satu TPS yg hasil perolehan suaranya cocok dg target lembaga survey & team sukses partai, lalu umumkan secara live di TV sepanjang hari. Hasilnya wow! semua terkesima, rame-rame nyoblos sesuai dg anjuran terselubung dari presenter pembawa acara Quick Count. Plus ucapan-ucapan selamat kpd "para pemenang" seolah Pemilu sudah selesai.

Pilpres 2004, siaran langsung acara debat capres & cawapres bikin Megawati kian terpuruk. Amien Rais yg tidak punya corong propaganda dari stasiun TV hanya terekspose kejelekannya saja. Team sukses SBY menggemakan wacana Indonesia butuh "pemimpin yg kuat" yg identik dg militer. Media massa yg sebagian besar dikuasai oleh keluarga Pak Harto rame-rame melambungkan SBY sekaligus menghakimi Megawati & Amien Rais. Pada saat yg sama Presiden George W Bush yg butuh mitra militer di Asia memberi sinyal agar Indonesia kembali dipimpin oleh militer yg pro Amerika. Wiranto, yg kurang dekat dg Amerika, dikejar-kejar oleh pemberitaan secara sistematis tentang tragedi kerusuhan Timor Timur pasca referendum.

SBY pun dengan mudah masuk putaran final melawan Megawati yg kian reaksioner dan buruk hubungannya dg pers dan buruk pula hubungannya dg komunitas NU & Gus Dur yg tidak lolos nyapres gara-gara "kurang sehat". Team SBY makin cerdik dg memoles penampilan SBY sbg makluk yg polos, santun, tidak ambisius, kece dan merdu suaranya. Militer yg halus, lebih halus daripada sipil manapun.

<bersambung>

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun