Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penggelembungan Citra: Menerbangkan SBY… (bag #5)

18 Mei 2009   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:08 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maap bag #4 dilewati dulu..*...TV-One tidak percuma jd corong propaganda SBY..*..pandai memlintir tayangan politik lewat sindir-menyindir SBY vs rival-rivalnya..*.. menciptakan pra kondisi melalui hasil survey LSI,,, Mematangkan situasi lewat siaran langsung pemilu & Quick Count..*.. Rutin menggulirkan propaganda politik Demokrat/SBY lewat program acara berkedok dialog politik & dagelan politik utk kalangan kampus/terpelajar tanpa pemirsa sadari..*..sukses mengirimkan pesan kpd rakyat Indonesia bhw SBY satu-satunya orang yg tahu mana yg benar mana yg tidak benar.

Image building dan image engineering kuncinya. Tim Sukes PD/SBY sudah bekerja secara cemerlang, sistematis, dan merasuki alam pikiran tanpa disadari oleh pembaca dan pemirsa yg sedang dijejali propaganda politik. Dan tidak melanggar hukum. Tapi jangan bicara etika deh... Di sinilah sebetulnya keunggulan SBY yg jauh lebih unggul daripada rival-rivalnya yg masih terpaku pada metode propaganda jadul (jaman dulu). Padahal sarana dan prasarana mereka punya.

Siapa dulu dong yg nggarap.... Fox dari Amrik tau! (kata pakar komunikasi politik Bung Effendy Gazali).

Mari kita ambil contoh yg tidak banyak diperhatikan oleh pemirsa yaitu pd acara dagelan dialog politik dalam bentuk parodi yg dihadiri para mahasiswa untuk menertawakan imitasi tokoh-tokoh penting Indonesia yaitu presiden dan mantan presiden. Anda tidak curiga itu propaganda SBY/Demokrat? Mari kita teliti sekali lagi:

1) Apa yg disuguhkan oleh TV-One?

1.1. SBY, JK, Megawati, Gus Dur sama-sama didegradasi jadi manusia biasa yg konyol dg menggelikan

1.2. JK, Megawati, Gus Dur selalu diperlihatkan dungu, tidak ngerti apa yg mereka bicarakan

1.3. SBY selalu diperlihatkan wibawa, pandai, santun, tapi kadang-kadang telmi

1.4. Megawati tidak pernah diperlihatkantegar, sabar, wibawa, tidak mendendam Orde Baru

1.5. Gus Dus tidak pernah diperlihatkan cerdas, pejuang HAM , pengayom kaum minoritas

1.6. JK tidak pernah diperlihatkan gesit, tangkas menerapkan gagasan & kebijakan

2) Pesan apa yg ingin disampaikan oleh TV-One?

2.1.Semuanya jelek

2.2.Mendingan SBY banget (yg pantas jadi raja/pemimpin)

3) Apa target politik dari tayangan TV-One?

Pesan ini ibarat pisau bermata dua yg mampu membidik dua kelas massa rakyat sekaligus. Pas untuk Kelas Bawah/Awam yg hanya milih atas dasar: siapa yg pantes & yg sreg diliat. Pas untuk Kelas Atas/Terpelajar yg sadar hanya bisa milih yg terbaik diantara yg terburuk (the best among the worsts). Dan pasti pas banget untuk nunjuk ke satu titik: SBY.

Berkahnya lagi buat SBY, Metro TV (milik Golkar) yg gamang antara milih SBY atau JK jadi capres terus menayangkan parodi serupa, alias ngasih sedekah politik pd SBY. Parodinya sih nggak salah tapi pesan yg disampaikan itu jelas-jelas merugikan citra JK yg keliatan dungu & error.

Ini propaganda halus ala film Hollywoodyg selalu memberi pesan bwh Amerika adalah pandai, murah hati, penyelamat dunia…. dan musuh2nya (Rusia, Cina, Arab, Asia, Afrika, negara Islam) selalu jadi bangsa tolol, jahat, tidak beradab, teroris. Modus propagandanya pake sabda Adolf Hitler: Kebenaran adalah kebohongan yg diulang-ulang seribu kali.

Dicekoki ribuan kali masa sih nggak ada yg termakan..?... Bener nggak sih...?!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun