[caption id="attachment_104726" align="alignleft" width="137" caption="asyik nggak mati-mati, hiks"][/caption] Penyakit klasik: Manusia penasaran mengejar misterihidup abadi dan mengalami alam abadi dengan berbagai cara,bahkan tak segan menumpahkan darah dengan cara paling biadab sekalipun. Ijinkan saya ajak Anda perhatikan tiga jenis kelompok mahluk yangg terlibat atau mengejar hidup abadi di bawah ini.
Untuk karakter film kartun ambil contoh serial Tom and Jerry. Kejenakaanya disempurnakan dg hidup abadi karakter Tom dan Jerry yang tak kenal mati. Pemirsapun maklum bahwa film kartun tak perlu adegan penguburan maupun hari berkabung. Jadi irit, tak perlu ongkos adakan peringatan wafatnya Tuan Tom maupun Tuan Jerry. Walaupun demikian tetap tidak mengurangicita rasa manusiawi dan atau hewani kedua karakter tersebut. Sebagai film jenaka yang penting lakon menghibur, kocak, dan masuk akal. Menariknya kadang untuk masuk akalperlu sedikit paksaan agar otak kita rela menerimakesaktian Tom dan Jerry yang pasti come back in action walau baru saja digerus secara paripurna di dalam mesin blender .
Saya menelan bulat-bulat bahwahidup abadi Tom dan Jerry diterima dengan senang hati demihiburan segar di tengah makin keras dan makinsinisnya kehidupan di alam nyata. Apakah Anda sepaham?
[caption id="attachment_104727" align="alignleft" width="118" caption="Gggrrrrhhhhhhh..... Hihihihihi..."][/caption] Vampire dan drakula menempuh jalanhidup abadi dalam kegelapan antara ada dan tiada. Wajib menghisap darah secara periodik, danpada saat yang sama terbelenggu olehsinar matahari yang dapat meledakkan tubuhnya berkeping-keping bagaikan petasan meletus tanpa sisa. Kehadiran mereka antara ada dan tiada, diyakini sekaligus ditampik – manusia cenderungmenempatkan pola hubungan benci-tapi-rindu dg mereka. Benci karena tersangka penghisap darah, rindu karena bisa jadi tontonan box office pencetak laba sekaligus buat hiburan di kala jenuh dg tontonan yg wajar dan masuk akal.
Saya ragu-ragu bahwa Vampire dan Drakula benar-benar ada dan tidak pernah percaya ada manusia bisa hidup abadi dg cara apapun. Yakin itu hanya mitos. Termasuk mitos Nyi Roro Kidul. Bahwa dulu ada pangeran bernama Drakula yg berkuasa di Rumania, saya percayatapi tak lebih dari itu. Anda mungkin punya keyakinan lain bukan?
[caption id="attachment_104728" align="alignleft" width="107" caption="BLOMMMM... HEK HEK HEK HEK..."][/caption] Teroris yg mengusung jihad Islam terdorong tafsir ajaran bahwa tujuan hidup adalah alam akhirat. Alam dunia yg penuh warna-warni jutaan warna diperas menjadi dua warna saja: putih mewakili surga dan hitam mewakili neraka. Penyederhanaan warna ini cukup ampuh untuk banyak kalangan yg pada dasarnya dalam kondisi buta ilmu agama, kosong falsafah hidup, stress ekonomi-sosial-politik. Lebih sip lagi untuk terjun menjadi mesin pembunuh bom bunuh diri bila disertai sifat dasar antikritik, bengis dan egois. Gabungan dari kondisi dan sifat-sifat tersebut membuat pelaku sangat antusias untuk menghadirkan alam akhirat sekarang juga.
Kaum teroris kecewa melihat alam nyata dunia dikuasai oleh kaum selain Islam padahal ada ajaran yang berbunyi bahwa kalian umat beriman diangkat menjadi khalifah di muka bumi. Dengan ajaran tersebut ditafsirkan bahwa hanya umat Islam yg boleh berkuasa di muka bumi. Dan bahwa ada pula ajaran agar perlu tindak pemaksaan agar hukum syariat berjalan. Ada pula ajaran bahwa jihad (perang suci) adalah melawan kaum Nasrani dan Yahudi yang tidak akan pernah senang kepada umat Islam. Maka dengan modal tiga ajaran tsb disertai tafsir agresif-represif cukuplah untuk menabuh benderaperang. “Hayuh, aku mati masuk surga, kamu mati masuk neraka. Sekarang juga, sudah nggak tahan nih!” Kira-kira begitu kata hati kaum teroris.
Kaum teroris tsb mengincar kehidupan abadi sekarang juga menggantikan alam dunia fana yang mengecewakan mereka. Apalagi ada iming-iming bahwa mereka yg tewas akan disambut 17 bidadari cantik-perawan-siap-kelonan-setiap-saat. Hasrat dan ambisi menjadi-jadi guna menggondol hadiah di kasur empuk bersama 17 bidadari secara siri (tanpa buku nikah) dengan syaratmembunuh sebanyak mungkin orang kafir bersama antek-anteknya. Tanpa ada sedikit keraguan jangan-jangan begitu tewas malah disambut oleh 17 monster ganas, “Nah ini dia mahluk biadab makanan kita, hajaaaaaar!!!” lalu terdengar BAK-BUK BAK-BUK.. DAS-DES DAS-DES.. KRIEKK JROTTT. "Aduh ampun, aduh ampun Om monster..!!!" (emang enak...)
Saya melihat kaum teroris tsb termakan tafsir-tafsir palsu yang dilahirkan sekedar untuk melampiaskan rasa benci dan dengkiterhadap umat lain yang berjaya. Tafsir yg menjadikan mereka mahluk langkamenyerupaipsikopat, gangguan kejiwaan yg melahirkan sikap fatalistik dalam memandang sesuatu sekaligus bengis dalam menyelesaikan masalah. Tak heran bila pembantaianbiadab lalu dijadikan tontonan wajib sorak-sorai, gema “Allahu Akbar” lalu digesermenjadi ancaman teror dari monster bersorban.
Jangan lupa, hukum dan undang-undang nasional tidak diakui oleh mereka karena yangg mereka akui hanya hukum syariat, itupun syariat sesuai tafsir golongan mereka sendiri. Apalagi belakangan ini ada upaya untuk mengenyahkan proses hukum positif secara sistematik tapi bodohnya minta ampun. Di mana seseorang disebut berbuat jahat atau berbuat baik tergantungpenilaian lubang hidung ustad pada waktu ada yg mati: mayatnya bau wangi atau bau busuk? ( opo tumon, gendheng po?? )
Nah, tergantung sikap kita. Saya sebagai umat Islam, juga sebagai mantan murid almarhum KH Irfan Zidny MA - Rois Am PBNU, tidak merasa perlu mungkir bahwa pelaku terror adalah saudara seiman dg saya . Bahwa beda pendapat diakui adalah betul, dan bahwa segala bentuk pembantaian adalah layak dikutuk dan dihujat juga betul. Apakah saya harus lebih dulu jadi orang suci dan berjasa agar saya layak mengecam/mengutuk/menghujat kaum teroris yang katanya punya maksud baik?
Terus-terang saya merasa malu dan jijik ketika Amrozi berteriak “Allahu Akbar” dg meninjuke udara ketika memasuki ruang pengadilan setelah kasus Bom Bali. Saya melihatnyadi TVsepertimelihat monster kecil, tak ada simpati setitikpun walau dia akan dihukum mati. Setahu saya gema “Allahu Akbar” adalah lafal suci kebesaran Ilahi guna mengumandangkan kebenaran dg cara yangg baik dan akhlaq mulia. Setau saya Nabi Muhammad tidak pernah cengar-cengir bangga membantai orang.
Saya yakin banyak orang sepaham dg saya karena merasayakin, tapi bukan berarti satu-satunya sikap yang benar , dan tidak pula dijamin benar.
Salam tuljaenak, Ragile 29-mar-2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H