[caption id="attachment_92812" align="aligncenter" width="699" caption="Singaporean homeless, Nov 2010 (doc theonlinecitizen.com)"][/caption] Cerita Singapura negara kaya dan serba bersih bisa jadi hanya mitos. Pengakuan warga Singapura adalah bukti, meski tidak terekspose karena dibungkam oleh diktator keluarga Lee Kuan Yew. Foto-foto kemiskian di Singapura tersebar luas dan selalu disangkal oleh penguasa. Namun kaum oposisi dan generasi internet Singapura sudah sangat sadar bahaya dan fakta kemiskinan. Sayangnya negara mungil itu dikenal sangat tertutup. Sehingga sulit mempercayai keterangan resmi pemerintah. Karena penguasa tertutup sering bohong menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi di negerinya. Biasanya "homeless" hanya dianggap sebagai problem perumahan. Kehidupan politik masih serupa jaman Orde Baru Indonesia: pers dibungkam, punya UU Anti subversi untuk menangkap lawan tanpa pengadilan, Pemilu dikatakan curang, partai oposisi hanya pajangan. Juga sangat tertutup tentang informasi keuangan dengan negara lain sehingga tidak bersedia tandatangani "tax-treaty" karena akan membuka borok-borok keuangan negara kecil tersebut dalam urusannya dengan negara tetangga Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina. Jika tax treaty dijalankan bisa jadi gempar, diduga akan terbongkar kecurangan Singapura terhadap negara tetangga. Pantaslah OCDC memberikan "grey line" untuk negeri kecil tsb dalam hal transparansi finance and banking. [caption id="attachment_92819" align="aligncenter" width="480" caption="Poverty in Singapore (doc dipity.com)"]
[/caption] Kebetulan Pemelihan Umum sudah dekat yaitu sebelum Februari 2012. Partai berkuasa PAP (Partai Aksi Rakyat) bikinan Lee Kuan Yew disinyalir pasti kehilangan banyak suara namun tetap keluar sebagai pemenang. Partai oposisi yaitu Partai Pekerja (WP), Partai Reformasi (RP), Partai Solidaritas Nasional (NSP), Partai Demokratik Singapura (SDP) sedang konsolidasi untuk menumbangkan PAP yang berkuasa sejak 1959. Geliat anak muda Singapura sangat terasa di dunia maya. Isu kemerdekaan berbicara, kemiskinan, anti diskriminasi, pemborosan biaya pejabat PAP, dan kemuakan kepada Lee Kuan Yew menjadi bahan propaganda oposisi untuk menarik simpatisan. Pemilu 2012 akan banyak kejutan seiring hembusan angin perubahan dan revolusi anti rezim tirani. Singapura juga punya masalah laten yaitu politik rasial di mana etnis Melayu dianaktirikan dan etnis Tionghua dianakemaskan. Hebatnya PAP justru berjaya berkat politik diskriminasi rasial tersebut, serupa dengan Malaysia dengan diskriminasi rasial "terbalik" - Melayu dianakemaskan, Tionghua dianaktirikan. Soal sembunyi sembunyian ala Singapura panjang ceritanya. Seperti di manakah sebetulnya orang miskin dan tidak punya rumah disembunyikan oleh negara dari mata orang asing. Itu adalah kerjaan aparat untuk membersihkan mereka agar seolah tidak ada. Bahkan ironis, Singapura menduduki tempat terhormat sebagai negeri tanpa korupsi, tapi harta pejabat tingginya rapat tersembunyi. Rakyat tidak boleh tahu. Tapi Hebatnya disebut tidak ada korupsi. Asal tahu, Gaji Perdana Mentri Singapura tertinggi di dunia, tak kurang dari 3x lipat gaji Presiden Amerika. Begitu juga gaji mentri Singapura dibanding mentri Amerika. Tapi pejabat Singapore menolak memberitahu kepada rakyat berapa besar kekayaan mereka. Sangat misterius, sementara kelas bawah makin berat beban hidupnya. Jurang kaya-miskin melebar jauh. Makanya suara oposi atau pembangkang kian populer. Maklum kesabaran ada batasnya. Singapura kecil memang hebat. Tak punya sumur minyak tapi cadangan minyak jauh di atas Indonesia. Lalu memperluas daratan dengan menguruk laut (reklamasi pantai). Sembunyi sembunyi curi perbatasan wilayah laut dengan Indonesia. Sembunyi sembunyi menguruk pantai dengan jutaan ton pasir Indonesia. Lalu benarkah reklamasi laut itu hanya untuk memperluas daratan? Apakah tidak ada "on-going giant project" yang coba disembunyikan dari rakyat dan negara tetangga? >
Jika tidak ada reformasi poltik segara, nampaknya gejolak Timur Tengah akan turut andil menginspirasi jebol tirani dinasti Lee Kuan Yew yang pongah dan tidak transparan, ketika rakyat mulai tidak suka dikangkangi oleh satu keluarga yang memperlakukan negara bagai harta milik pribadi.
*
**
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya