Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemesraan Saudi-Amerika Digarap Kembali Oleh Pangeran Bandar Bin Sultan

14 Juni 2011   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:31 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_113757" align="aligncenter" width="629" caption="Prince Bandar Bin Sultan with George W Bush (doc: wikipedia)"][/caption] Setelah dihukum penjara rumah hampir dua tahun, dia dilepas. Ketika Revolusi Arab (Arab Spring) mengancam kelangsungan dinasti Kerajaan Al Saud, dia dilirik. Tak tergantikan. Dialah  tokoh kunci kemesraan -Saudi-Amerika periode 1983-2005 selama menjabat Duta Besar Saudi untuk Amerika. Sebuah kemesraan diam-diam. Sebuah kemesraan terlarang di mata rakyat di antara dua dunia dengan budaya bersebarangan. Ketertutupan budaya-politik Saudi Arabia melahirkan dia, seorang tokoh besar bernama Pangeran Bandar Bin Sultan (Prince Bandar Bin Sultan). Dia - putra dari Putra Mahkota Sultan Bin Abdul Aziz Al Saud - memegang kekuasaan nyaris tak terbatas ketika berurusan dengan kebijakan politik luar negeri, perang dan damai, minyak dan senjata. Sangat disegani pemimpin Barat dan Timur, dan tak suka publikasi. Kedekatannya dengan mantan Presiden George W Bush melahirkan sebutan "Bandar-Bush", sebuah julukan yang menggambarkan keakraban luar biasa antara dua tokoh ini. Hanya Pangeran Bandar yang bisa datang kapan saja ke Gedung Putih, bahkan boleh sambil merokok. Rumor tak sedap meliputi riwayat Pangeran Bandar usai karir diplomatik. Dia dituduh kalangan istana hendak melakukan kudeta konstitusional sepeningal Raja Fahd. Untuk meredam isu, dia dilarang tampil di muka publik setidaknya sejak December 2008 . Raja  Abdullah memberinya jabatan Kepala Dewan Keamanan & Inteligen Nasional namun tanpa kekuasaan. Sebuah langkah kompromi mengingat Pangeran Bandar menyimpan segudang rahasia negara. :: :: Perjalanan karirnya di sini: Pangeran Bandar Bin Sultan Maestro Perang Dan Damai Dari Saudi :: Middle East Map  (doc: Walidphares.com) Revolusi Arab (Arab Spring/Arab Revolt) Membawa Berkah Tumbangnya diktator Tunisia dan Mesir awal 2011 memaksa Istana berpikir ulang. Saudi tidak lepas dari kemungkinan sasaran revolusi. Tak tergantikan sebagai negosiator ulung kelas dunia, uluran tangan Istana menawarkan amnesti dan rehabilitasi. Sebagaimana pemenjaraan dilakukan secara diam-diam, begitu pula amnesti dan rehabilitasi. Ampunan, senyum, kepercayaan, dan permohonan belas kasihan demi Istana Keluarga Al Saud. Pria flamboyan kelahiran 2 Maret 1949 di Taif Saudi ini kembali berkiprah di dunia politik melalui negosiasi di balik layar. Pangeran Bandar hanya bicara dengan aktor-aktor utama politik dunia dan pengambil keputusan dengan reputasi sebagai negosiator ulung selama 5 masa presiden Amerika dari Jimmy Carter hingga George Bush. Berbekal pasokan minyak dunia dan investasi milyaran dollar petro dollar. Dia tidak tertarik bicara dengan jurnalis. Dia terkenal dengan mottonya bahwa "siapa yang mampu mengirimkan pesanan dia pula yang memenangkan  pertempuran". Sejak bulan Maret 2011 Pangeran Bandar kembali beraksi. Tugas pertamanya ke Pakistan, India, Malaysia, dan China menemui pucuk-pucuk pimpinan. Tugas penting guna meraih dukungan agar Saudi Arabia melakukan intervensi  militer ke Bahrain yang terancam aksi demo anti pemerintah oleh kaum Syiah. Bulan April 2011 dia hadir barsama petinggi Amerika yakni Secretary of Defense Robert Gates ketika menemui Raja Abdullah. Kemudian secara terpisah bertemu pejabat tinggi Amerika lainnya yakni National Security Advisor Tom Donilon. Kebetulan atau tidak, sejak Pangeran Bandar beraksi terjadi pergeseran besar. Selepas Mesir dihajar badai revolusi, menyusul Bahrain, Yordania, dan Lebanon. Dalam beberapa pekan kemudian berubah arah ke Yaman, Libya, dan Syria/Suriah. Jika Anda perhatikan latar belakang masing-masing negara akan Anda temukan fakta-fakta sbb: 1) Yaman, Suriah, dan Libya adalah negara-negara yang tidak disukai oleh Saudi dan Amerika. 2) Bahrain dan Yordan adalah mitra dekat Saudi dan Amerika. 3) Khusus Lebanon: mantan PM Rafik Hariri adalah "anak haram" mendiang Raja Fahd (sudah jadi keyakinan umum kalangan atas Arab), di mana istana Saudi berkepentingan untuk membackup anak-cucu Hariri agar tetap pegang peranan penting di Lebanon, sekaligus kepanjangan tangan kekuasaan Saudi. Dengan melihat perkembangan terakhir di mana Yaman, Suriah dan Libya diambang tumbang oleh aksi revolusi rakyat melawan penguasa. Dengan menyaksikan fakta bahwa Bahrain, Yordania dan Lebanon tiba-tiba aman dari ancaman revolusi. Maka kian aman posisi Saudi dari tuntutan revolusi rakyat. Kian jelas pula hasil kinerja Pangeran Bandar mengamankan posisi istana keluarga al Saud. Tak tik pengalihan gelombang revolusi dari  wilayah kawan ke wilayah lawan berkat negosiasi Riyadh-Washington. Kemahiran  khas negosiator ulung sekaliber Pangeran Bandar. Sekarang bulan Juni, dua bulan lagi jatuh bulan puasa Ramadhan. Bagi umat Islam bulan puasa hingga bulan haji dengan rentang waktu 3 bulan adalah bulan stop perang, khususnya di wilayah Arab. Maka jelaslah siasat "buying time" (membeli waktu) dimainkan untuk menyelamatkan kubu di bawah aliansi Saudi-Amerika. Dan pada saat yang sama mempercepat jatuhnya rezim di Libya-Yaman-Syiria sebelum jatuh bulan puasa pada Agustus 2011. Jika rencana berjalan lancar, tidak mustahil mulai - November 2011 - badai revolusi akan didorong  lebih jauh dari kota Mekah yaitu ke Iran, Pakistan, Afganistan. Kemesraan diam-diam Saudi-Amerika menemukan titik temu di sini: Tidak ingin kembali terluka dan kecolongan oleh peristiwa semacam Revolusi Mesir yang merugikan Amerika dari segi geopolitik dan merugikan Saudi secara ekonomi/investasi. Ketika orang-orang sibuk menyorot tokoh-tokoh yang wira-wiri di layar kaca, Pangeran Bandar Bin Sultan bergerak nyaris tanpa jejak, bernegosiasi dengan tokoh-tokoh utama nyaris tanpa ekspose,  menghasilkan perubahan penting nyaris tanpa rekam... dan setiap langkahnya nyaris tanpa berita!!! *** Jakarta 15-jun-2011 Ragile

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun